Postingan

TANGIS SUNYI

Gambar
Karya: Eko Windarto  Di balik senyum sang penyintas Sumatera  Tersembunyi lautan duka  Mengalir dalam malam sunyi  Ketenangan palsu menutupi badai di dalam dada Dia pulang bukan beristirahat Tapi untuk merawat luka-luka tak kasat mata luka yang tercipta dari ingatan-ingatan pilu Tentang anak-anak tanpa atap, tanpa roti, tanpa harapan Tidurnya bukan dalam damai, melainkan diselimuti kepedihan menjerat jiwa Nyamuk di sana bukan hanya menggigit, tapi kenangan terus menggerogoti kalbu Mereka terbuang di lereng lumpur dan air keruh Berubah menjadi lukisan hidup yang terus menari di kepalanya Langkah-langkah kecil mencari secangkir air adalah doa-doa terlupakan di belakang keramaian dunia Ketika tangisnya pecah di ruang yang seharusnya memberi kehangatan Adalah bahasa hati tembus ruang dan waktu Kelemahan, keberanian tersamar di udara  Tangisan dan jiwa melukis empati di dada semesta  Anak-anak menatap dengan mata polosnya  Bertanya tentang air m...

ACEH TAMIANG, KOTA YANG TERLUPA

Gambar
Oleh: Eko Windarto  Di ujung timur Aceh, di antara lengang jalan dan hening malam, seperti bayang-bayang tak terlihat, terletak sebuah kota yang terlupakan. Aceh Tamiang, nama nyaris terlupa, tapi luka-lukanya masih membara. Di sana, reruntuhan bukan hanya bangunan, tapi harapan tergeletak di antara genangan air, seakan daun kering tak berguna. Jeritan dan erangan menjadi kekuatan biru, korban menjadi penolong bagi saudara sebangsanya. Berhari-hari tanpa makan, seteguk air banjir keruh, seolah satu-satunya penawar dahaga dan keletihan. Tapi, di tengah keputusasaan, ada cinta tumbuh, bagai bunga mekar di tengah gurun pasir. Mereka terlupakan, tapi tidak pernah melupakan dirinya sendiri, mereka terabaikan, tapi tetap teguh pada jejak hati. Aceh Tamiang, bukan sekadar kota, tapi sebuah saksi bisu waktu yang terus berjalan, tanpa peduli luka menganga. Tapi, ada satu hal tak bisa dilupakan, yaitu cinta yang masih menyala, seperti api tak pernah padam. Dan, tiba-tiba, air mat...

Ketika Suara Rakyat Diabaikan: Perubahan Politik Mungkin Terjadi

Gambar
ilustrasi Oleh: Eko Windarto  Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, aspirasi rakyat merupakan unsur esensial yang tidak boleh diabaikan oleh penguasa dan sistem politik yang berjalan. Ketika suara dan keinginan mayoritas masyarakat kerap diabaikan, bukan tidak mungkin terjadi pergeseran besar dalam lanskap politik Indonesia.  Kondisi di mana rakyat merasa terpinggirkan dapat memicu berbagai konsekuensi serius yang berpotensi merubah sendi-sendi demokrasi dan tatanan sosial-politik secara keseluruhan. Berikut ini adalah uraian mendalam mengenai beberapa kemungkinan perubahan signifikan yang dapat terjadi jika keinginan rakyat terus diabaikan. 1. Krisis Kepercayaan terhadap Pemerintah dan Lembaga Politik Kepercayaan adalah fondasi utama yang menopang legitimasi pemerintahan. Apabila pemerintah dan lembaga politik terus mengabaikan aspirasi rakyat, maka krisis kepercayaan tidak dapat dihindari. Kepercayaan publik adalah modal sosial yang vital; hilangnya t...

ACEH TUMBUH DARI LUKA

Gambar
Karya: Eko Windarto  Di tengah deras hujan duka dan getir bencana Aceh berdiri, meski luka Sherly Annavita, anak muda, kreator, penjaga harap, bersuara lantang, diantar jiwa-jiwa yang tersisa, tak kehabisan asa. Ketika bumi bergetar dan air meluap emosinya  Langit muram menutupi cakrawala Kau kira kami telah dikubur, padahal sesungguhnya kami sedang ditanam! Ditanam dengan benih-benih kesabaran. Harapan tumbuh perlahan menembus kepedihan Ini bukan sekadar ujian, bukan sekadar cobaan Ini adalah ladang subur. Solidaritas menjadi akar Dan tekad menjadi ranting yang menjulang. Dalam lelah yang menggantung di dahi Kulit membungkus hati Nyanyian kecil dari jiwa muda Aceh, menolak untuk patah hati  Mata mereka tetap menatap masa depan dengan sinar penuh percaya Sherly berkata, “Kita sedang ditanam." Dan ini bukan kalimat kosong, bukan basa-basi, melainkan mantra yang menumbuhkan kekuatan. Dari reruntuhan bencana, tunas-tunas baru akan tumbuh, seperti pohon yang lebih...

TANAH TAPANULI: LUKA DAN HARAPAN

Gambar
Karya: Eko Windarto  Tanah Tapanuli kini berdiri Dengan luka lebih dalam dan pekat Daripada serpihan jembatan dan jerit roda tergeletak Di tanah terkoyak Banjir bandang bukan sekadar air yang mengalir Ia adalah pusaran duka  Menyingkap perut bumi Menggulung akar dan janji Memecah tulang alam rapuh hati Topan Senyar datang bukan angin biasa Ia dendam dan menari di reruntuhan jiwa Peta lama hancur bersama harapan; sungai-sungai yang dulu setia mengalir pada jalur suci, terpaksa bergeser, menulis ulang sejarah lembah dan bukit, pecah dan terpanah — seperti tubuh manusia teriris luka cuka. Tangis tanah terbang ke udara. Tak hanya rumah yang runtuh — tetapi benteng terakhir biodiversitas Batang Toru, menyerah pada kekuatan tak terduga. Keabadian hutan mulai terkikis seperti pasir yang terhisap oleh arus waktu. Tak satu pun suara alam ini dapat ditawar, kala manusia dan satwa langka duduk dalam puing-puing ketidakpastian. Dalam kehancuran ini terdapat bisu berteriak, fra...

Pengadilan Terima Gugatan Class Action Warga Griyashanta

Gambar
Saat warga Griyashanta mengikuti sidang di PN Malang  Pengadilan Negeri (PN) Malang secara resmi menerima gugatan warga Perumahan Griyashanta sebagai gugatan class action. Keputusan ini menjadi tonggak penting yang memperkuat posisi ribuan penghuni dalam menolak pembukaan jalan tembus yang merusak tembok sengketa di lingkungan mereka. Ketua Majelis Hakim, Achmad Soberi, S.H., M.H., membacakan putusan dalam sidang dismissal process pada Selasa (23/12/2025).  Dalam sidang tersebut, majelis memverifikasi kelayakan gugatan untuk dilanjutkan ke pokok perkara dan menilai gugatan tersebut memenuhi syarat formal class action sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002. Kuasa hukum warga, Andi Rachmanto, S.H., menilai penerimaan gugatan ini bukan sekadar formalitas.  Menurutnya, keputusan ini memperkuat hak warga yang selama ini mengeluhkan pelanggaran sepihak terhadap kawasan tempat tinggal mereka. “Ini adalah hasil awal yang positif. Dengan status class...

Surat dari Lumpur: Suara Rakyat dalam Puisi L K Ara

Gambar
Oleh: Eko Windarto  Puisi esai “SURAT DARI LUMPUR UNTUK ISTANA” karya L K Ara bukan sekadar deretan kata yang mengekspresikan kemarahan atau kesedihan atas tragedi bencana. Ia merupakan seruan yang berdentum, sebuah gema suara rakyat yang terperangkap dalam lumpur keterlambatan dan ketidakadilan. Dalam uraian ini, saya mencoba menyelami puisi esai tersebut secara lebih detail, tepat, dan dengan gaya bahasa yang puitis namun memikat, agar keprihatinan sekaligus kritik yang terkandung di dalamnya tersampaikan dengan sempurna.  L K Ara SURAT DARI LUMPUR UNTUK ISTANA Surat ini ditulis karena negara memilih diam saat diam berarti kematian. Tidak ada kiasan di sini. Tidak ada bunga bahasa. Hanya fakta yang dibiarkan membusuk bersama tubuh rakyat. Di lokasi bencana, nyawa tidak diselamatkan— ia ditunda. Bukan karena mustahil, melainkan karena negara masih menimbang risiko politik, warisan kekuasaan, dan siapa yang kelak harus disalahkan. Manusia dikalahkan oleh rapat. Ban...