Postingan

KORUPTOR dan KETAKUTAN BERLAPIS

Gambar
ilustrasi Puisi Esai Renungan Akhir Tahun Karya: Eko Windarto  Koruptor, sosok dalam bayang ketakutan Hidupnya terperangkap dalam paradoks sunyi Takut pada hidup yang menuntut kejujuran Juga takut pada mati tak bisa dibeli Dia takut bersaing di medan jujur Tak sanggup bertarung dengan kerja keras Rapuh di hadapan merit yang tulus Tidak percaya pada kemampuan yang sebenarnya Maka ia memilih jalan pintas Mengubah kuasa menjadi tameng Menyulap jabatan menjadi alat Menghalalkan uang sebagai pembenar Namun, dalam gemuruh hati, ada ketakutan lain Takut mati tanpa membawa harta Takut pada bisu kebenaran abadi Yang tak bisa dibungkam oleh saldo di rekening Korupsi bukan lahir dari nyali Melainkan dari kegelisahan dan takut kalah Takut menghadapi diri sendiri yang lemah Terperangkap dalam ironi dunia fana Dia bukan licik yang cerdas Melainkan naif dalam tipu daya,l Percaya bahwa nurani bisa dikhianati Bahwa hukum bisa diatur sesuka hati Tapi sejarah berbicara tanpa dusta Kuasa b...

JEMBATAN DARURAT

Gambar
Karya: Eko Windarto  Di atas aliran waktu yang mengalir tak bertepi Jembatan darurat menjalin janji  Seutas tali rapuh merengkuh dua dunia: Antara gugus harapan dan jurang kehampaan Khairunnisa berjalan dengan bayi sebagai bulan kecilnya Menerobos gelap malam ketidakpastian Suara rengekan kecilnya laksana nyanyian alam Nyanyikan kisah hidup yang berdetak di ujung kerentanan Pelukan ibu adalah benteng kasih Menantang deras arus yang bisa menenggelamkan segala asa Tali sling itu bukan sekadar pengikat badan Melainkan pita penghubung antara hati dengan kehidupan, antara rasa takut yang menjalar dan keinginan untuk bertahan. Setiap langkah mengayun di atas jurang penuh keraguan, namun ditorehkan oleh keberanian tanpa banding. Di seberang sana, desa terperangkap dalam sunyi, di mana kegelapan mencengkeram tanpa janji listrik, makanan tinggal cerita, dan kehidupan dililit kepasrahan. Hamdika melangkah dalam badai dan lumpur, menakar jarak demi harapan tersisa, setiap bu...

TANGIS SUNYI

Gambar
Karya: Eko Windarto  Di balik senyum sang penyintas Sumatera  Tersembunyi lautan duka  Mengalir dalam malam sunyi  Ketenangan palsu menutupi badai di dalam dada Dia pulang bukan beristirahat Tapi untuk merawat luka-luka tak kasat mata luka yang tercipta dari ingatan-ingatan pilu Tentang anak-anak tanpa atap, tanpa roti, tanpa harapan Tidurnya bukan dalam damai, melainkan diselimuti kepedihan menjerat jiwa Nyamuk di sana bukan hanya menggigit, tapi kenangan terus menggerogoti kalbu Mereka terbuang di lereng lumpur dan air keruh Berubah menjadi lukisan hidup yang terus menari di kepalanya Langkah-langkah kecil mencari secangkir air adalah doa-doa terlupakan di belakang keramaian dunia Ketika tangisnya pecah di ruang yang seharusnya memberi kehangatan Adalah bahasa hati tembus ruang dan waktu Kelemahan, keberanian tersamar di udara  Tangisan dan jiwa melukis empati di dada semesta  Anak-anak menatap dengan mata polosnya  Bertanya tentang air m...

ACEH TAMIANG, KOTA YANG TERLUPA

Gambar
Oleh: Eko Windarto  Di ujung timur Aceh, di antara lengang jalan dan hening malam, seperti bayang-bayang tak terlihat, terletak sebuah kota yang terlupakan. Aceh Tamiang, nama nyaris terlupa, tapi luka-lukanya masih membara. Di sana, reruntuhan bukan hanya bangunan, tapi harapan tergeletak di antara genangan air, seakan daun kering tak berguna. Jeritan dan erangan menjadi kekuatan biru, korban menjadi penolong bagi saudara sebangsanya. Berhari-hari tanpa makan, seteguk air banjir keruh, seolah satu-satunya penawar dahaga dan keletihan. Tapi, di tengah keputusasaan, ada cinta tumbuh, bagai bunga mekar di tengah gurun pasir. Mereka terlupakan, tapi tidak pernah melupakan dirinya sendiri, mereka terabaikan, tapi tetap teguh pada jejak hati. Aceh Tamiang, bukan sekadar kota, tapi sebuah saksi bisu waktu yang terus berjalan, tanpa peduli luka menganga. Tapi, ada satu hal tak bisa dilupakan, yaitu cinta yang masih menyala, seperti api tak pernah padam. Dan, tiba-tiba, air mat...

Ketika Suara Rakyat Diabaikan: Perubahan Politik Mungkin Terjadi

Gambar
ilustrasi Oleh: Eko Windarto  Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, aspirasi rakyat merupakan unsur esensial yang tidak boleh diabaikan oleh penguasa dan sistem politik yang berjalan. Ketika suara dan keinginan mayoritas masyarakat kerap diabaikan, bukan tidak mungkin terjadi pergeseran besar dalam lanskap politik Indonesia.  Kondisi di mana rakyat merasa terpinggirkan dapat memicu berbagai konsekuensi serius yang berpotensi merubah sendi-sendi demokrasi dan tatanan sosial-politik secara keseluruhan. Berikut ini adalah uraian mendalam mengenai beberapa kemungkinan perubahan signifikan yang dapat terjadi jika keinginan rakyat terus diabaikan. 1. Krisis Kepercayaan terhadap Pemerintah dan Lembaga Politik Kepercayaan adalah fondasi utama yang menopang legitimasi pemerintahan. Apabila pemerintah dan lembaga politik terus mengabaikan aspirasi rakyat, maka krisis kepercayaan tidak dapat dihindari. Kepercayaan publik adalah modal sosial yang vital; hilangnya t...

ACEH TUMBUH DARI LUKA

Gambar
Karya: Eko Windarto  Di tengah deras hujan duka dan getir bencana Aceh berdiri, meski luka Sherly Annavita, anak muda, kreator, penjaga harap, bersuara lantang, diantar jiwa-jiwa yang tersisa, tak kehabisan asa. Ketika bumi bergetar dan air meluap emosinya  Langit muram menutupi cakrawala Kau kira kami telah dikubur, padahal sesungguhnya kami sedang ditanam! Ditanam dengan benih-benih kesabaran. Harapan tumbuh perlahan menembus kepedihan Ini bukan sekadar ujian, bukan sekadar cobaan Ini adalah ladang subur. Solidaritas menjadi akar Dan tekad menjadi ranting yang menjulang. Dalam lelah yang menggantung di dahi Kulit membungkus hati Nyanyian kecil dari jiwa muda Aceh, menolak untuk patah hati  Mata mereka tetap menatap masa depan dengan sinar penuh percaya Sherly berkata, “Kita sedang ditanam." Dan ini bukan kalimat kosong, bukan basa-basi, melainkan mantra yang menumbuhkan kekuatan. Dari reruntuhan bencana, tunas-tunas baru akan tumbuh, seperti pohon yang lebih...

TANAH TAPANULI: LUKA DAN HARAPAN

Gambar
Karya: Eko Windarto  Tanah Tapanuli kini berdiri Dengan luka lebih dalam dan pekat Daripada serpihan jembatan dan jerit roda tergeletak Di tanah terkoyak Banjir bandang bukan sekadar air yang mengalir Ia adalah pusaran duka  Menyingkap perut bumi Menggulung akar dan janji Memecah tulang alam rapuh hati Topan Senyar datang bukan angin biasa Ia dendam dan menari di reruntuhan jiwa Peta lama hancur bersama harapan; sungai-sungai yang dulu setia mengalir pada jalur suci, terpaksa bergeser, menulis ulang sejarah lembah dan bukit, pecah dan terpanah — seperti tubuh manusia teriris luka cuka. Tangis tanah terbang ke udara. Tak hanya rumah yang runtuh — tetapi benteng terakhir biodiversitas Batang Toru, menyerah pada kekuatan tak terduga. Keabadian hutan mulai terkikis seperti pasir yang terhisap oleh arus waktu. Tak satu pun suara alam ini dapat ditawar, kala manusia dan satwa langka duduk dalam puing-puing ketidakpastian. Dalam kehancuran ini terdapat bisu berteriak, fra...