Presiden: Pemimpin Bangsa, Bukan Kepala Proyek
Oleh: Eko Windarto
Bro, presiden itu bukan cuma kepala daerah atau bos BUMN doang. Dia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang pegang kendali tertinggi buat nentuin arah Indonesia ke depan. Gak cuma mikir buat tahun ini, tapi dia liat horizon sampai 20–30 tahun ke depan, bro. Jadi, jangan salah kaprah, presiden itu bukan pegawai yang mesti jelasin semua detail angka proyek tiap saat, ya!
Makanya, kalo ada yang sibuk nanya, “Gimana sih bayarnya utang Whoosh?” atau “Dari mana cicilan tahunan Rp 1,2 triliun itu?” atau “Uang siapa yang dipake buat bayar utang itu?”, santai aja. Dalam sistem presidensial, rakyat udah kasih mandat luas buat presiden gerak. Tanggung jawabnya gede, tapi sifatnya konstitusional, bukan sekadar drama atau nyinyiran di medsos. Selama keputusan dan kebijakan presiden udah sesuai aturan dan DPR udah ngasih lampu hijau, itu legit banget, bro!
Masyarakat jelas kudu ngontrol, tapi gak perlu tiap proyek dijelasin detail banget. Jangan sampe kita kayak nonton audit publik tiap hari, tiap jam. Kebayang cape gak tuh?
Nah, pas Presiden Prabowo bilang soal bayar utang Kereta Cepat Jakarta–Bandung alias Whoosh, dia lagi nunjukin gimana seorang pemimpin itu gak cuma ngejelasin angka doang, tapi ngambil posisi kepemimpinan.
“Kita mampu, kita kuat, duitnya ada,” dia bilang tegas. Gausah ribet, kalimat itu simpel banget tapi dapet banget maknanya. Ini bukan omong kosong doang, tapi semacam call to action buat rakyat supaya tetep optimis. Presiden gak perlu buka daleman soal apakah duitnya dari APBN, atau dari BPI Danantara, atau mekanisme rumit lain. Ini pilihan strategis, lho!
Transparansi itu penting, iya. Demokrasi butuh itu. Tapi soal duit negara dan politik internasional, tetep harus pinter jaga supaya gak bocor sembarangan. Negara ini bukan kelas ekonomi yang maen pajang data diem-diem ke publik, presiden juga bukan dosen yang mesti jelasin semua tabel laporan keuangan di depan kelas.
Sebagai pemimpin, keberanian buat mutusin sesuatu di tengah ketidakpastian jauh lebih penting daripada dirundung debat panjang soal angka dan kritik yang gak ada habisnya.
Presiden Prabowo juga gak bisa lepas dari beban masa lalu. Proyek-proyek gede yang lagi jatuh tempo bukan hal baru di zamannya. Tanggung jawab moral dan politik buat selesaikan itu harus dia jalani dengan kepala tegak.
Soal relasi dengan China Development Bank, ini bukan cuma urusan bisnis biasa. Ada benang merah antara politik, perdagangan, dan keamanan kawasan yang harus dipertimbangin. Kalo tiap transaksi selalu dicurigai, yakin deh, posisi diplomatik kita yang bakal kena. Presdien lagi main di level besar, bro, bukan sekadar ngurusin kontrak bisnis doang.
Nah, di saat kayak gini, bukan waktu yang pas buat presiden merinci angka-angka sampai ke digit terakhir. Tapi butuh pemimpin yang bisa yakinin rakyat dengan keputusan berani di tengah keraguan dan kecemasan. Dalam politik, jelas arah jauh lebih penting daripada data super lengkap yang bikin pusing.
Kita butuh keyakinan bahwa nasib negara di tangan orang yang kuat, bukan yang gampang goyah tiap ada omongan miring.
Memang sih, transparansi wajib dijaga. Tapi gak berarti semua “dapur negara” mesti dibuka lebar-lebar ke publik kapan aja. Pengelolaan fiskal itu rumit dan perlu waktu serta strategi buat jelasin hal-hal tertentu. Keseimbangan antara terbuka dan jaga stabilitas itu tantangan terberat presiden.
Kalau kebuka terus, pasar bisa panik. Kalau tertutup terus, orang pasti kehilangan kepercayaan. Presiden harus bisa berdiri teguh di tengah tekanan itu — jadi tameng rasionalitas buat bangsa yang gede ini.
Gak cuma angka doang yang nentuin kekuatan sebuah negara. Keyakinan nasional juga aset yang gak kalah penting, merasuk ke urat nadi ekonomi, sosial, sampai budaya.
Pernyataan “kita mampu” bukan sekadar slogan basi. Ini semacam booster buat jiwa kolektif kita supaya gak terjerumus ketakutan soal utang dan beban fiskal yang kadang bikin kita stuck.
Jadi gini, presiden gak mesti jawab setiap suara sumbang yang datang. Dia harus fokus di pijakan jangka panjang buat masa depan bangsa.
Karena ujung-ujungnya, kepala negara gak diukur dari seberapa sering dia ngasih penjelasan. Tapi dari seberapa kuat dia bawa bangsa ini maju, dengan kompas yang jelas dan kepercayaan penuh.
Sip ya, bro? Jangan lupa, jadi pemimpin itu soal visi dan keberanian, bukan cuma soal angka-angka yang bikin pusing.
***
Komentar
Posting Komentar