Hilirisasi
(Esai Apresiasi)
Oleh Imron Tohari
HILIRISASI
Nikel memantulkan cahaya
Eropa berkabung berkerudung mendung
Batu, 1282023
Puisi 2,7 dengan mengangkat tema yang kembali aktual di bulan-bulan ini, Agustus 2023. Puisi pendek ini mengungkapkan perasaan dan pandangan penyair tentang kebijakan "hilirisasi" dalam mengolah biji nikel menjadi produk bernilai tinggi, seiring dengan reaksi dan tekanan dari pihak Eropa, terutama dalam konteks tahun dan bulan penulisan puisi.
Dalam konteks penyajian puisi pendek 2,7 di atas, Eho Windarto menggunakan gaya pengungkapan deskripsi yang mewakili perasaan dan pandangannya tentang kebijakan "hilirisasi" yang merujuk pada upaya untuk mengolah biji nikel menjadi produk jadi dengan nilai tambah lebih tinggi, daripada hanya menjual biji nikel mentah.
Dalam larik pertama, "nikel memantulkan cahaya" merupakan bahasa simbol dari potensi Indonesia untuk menghasilkan sesuatu yang berharga dan bernilai tinggi melalui hilirisasi nikel, yang mencerminkan kebijakan tersebut sebagai langkah positif menuju pembangunan ekonomi yang lebih maju. Namun dalam puisi ini selanjutnya Penyair menghadirkan kontras, "Eropa berkabung berkerudung mendung" menggambarkan sisi lain dari projeck "hilirisasi" ini yang menimbulkan reaksi negatif berupa penolakan oleh pihak Eropa terhadap kebijakan ini. Kata-kata seperti "berkabung" dan "mendung" mengindikasikan rasa sedih, ketidaksetujuan, atau bahkan ancaman yang dirasakan oleh pihak Eropa atas kebijakan tersebut.
Pemakanaan secara pendekatan literal dan konotasi ini kian kuat manakala kita merujuk pada tanggal, bulan, dan tahun di mana puisi 2,7 ini ditulis. Yang mana pada bulan tersebut marak pemberitaan tentang penolakan dan tekanan IMF dan Negara Barat untuk menggagalkan "hilirisasi nikel" di Indonesia.
Untuk melengkapi pembacaan singkat saya pada puisi di atas, saya sertakan penilaian dan penjelasan (Dari empat orang penilai: Cunong Nunuk Suraja, Indra Intisa, David Maulana, dan Imron Tohari) sebagaimana di bawah ini:
A. KESEIMBANGAN BENTUK DAN KEINDAHAN PUISI 2, 7 (DUA LARIK, TUJUH KATA)
1. Prasyarat Pola Tuang 2 baris, total 7 kata dan penanda akhir. kepadatan kata, kaya makna secara logika bahasa, dan kesan emotif yang ditimbulkan.
Penilai Pertama: 8/8
Penilai Kedua: 8/8
Penilai Ketiga: 7.5/8
Penilai Keempat: 7/8
Total Penilaian: 30.5
Penjelasan Penilaian: Puisi memenuhi prasyarat pola, memiliki kata-kata padat yang mengandung makna simbolis
2. Kekuatan judul mencakup daya tarik dan mencerminkan isi atau tema puisi dengan baik
Penilai Pertama: 7/7
Penilai Kedua: 5/7
Penilai Ketiga: 5 /7
Penilai Keempat: 7/7
Total Penilaian: 24
Penjelasan Penilaian: Walau beberapa hal tidak bisa mencakup dari isi puisi, namun judul "Hilirisasi" selain menimbulkan rasa penasaran untuk mengetahui isi dari puisi pendek ini, juga mencerminkan tema utama puisi yang kembali aktual menarik perhatian pembaca. Ada keselarasan antara judul dan keseluruhan isi puisi.
B. PENGUCAPAN KHAS DAN UNIK (KESEGARAN DIKSI—SEMANTIK DAN STRUKTURAL)
3. Keunikan dalam menggunakan bahasa ungkap dalam puisi yang memperkaya pengalaman pembaca
Penilai Pertama: 9/10
Penilai Kedua: 9/10
Penilai Ketiga: 8/10
Penilai Keempat: 9/10
Total Penilaian: 35
Penjelasan Penilaian: Puisi menggunakan bahasa yang khas dan unik, memberikan kesan segar pada pembaca. Terutama larik kedua “Eropa berkabung berkerudung mendung” tanpa kehilangan koherensi dengan larik lainnya dan judul. Sedikit saran, perlu diperrtimbangkan untuk penguatan lebih pada larik pertama agar larik pertama mampu menyeimbangi kesempurnaan larik kedua dari sisi keunikan, kepuitikan, dan keindahan.
4. Estetika puitika dan cara pemuisi dalam menciptakan ruang kosong untuk menebalkan kesan pada pembaca
Penilai Pertama: 9/10
Penilai Kedua: 9.5/10
Penilai Ketiga: 7 /10
Penilai Keempat: 9/10
Total Penilaian: 34.5
Penjelasan Penilaian: Puisi sangat berhasil menciptakan estetika dengan menggambarkan kontras antara "nikel memantulkan cahaya" dan "Eropa berkabung berkerudung mendung". Dalam teks puisi pendek tersebut, frasa atau kata unik/khas yang menciptakan kesan artistik, emosional, dan estetis dapat dilihat pada larik "Nikel memantulkan cahaya". Frasa ini menciptakan gambaran visual yang memikat tentang nikel yang menghasilkan kilauan cahaya yang memantul. Penggunaan kata "memantulkan cahaya" memberikan kesan artistik dengan menggambarkan keindahan dan kilauan yang terasa magis atau misterius untuk mengiaskan sesuatu yang melebihi dari makna literal yang dibawanya. Dan kalimat sederhana "Eropa berkabung berkerudung mendung", menggambarkan adanya perpaduan elemen emosional dan estetis dengan menggunakan perumpamaan ("Eropa berkabung") untuk menggambarkan suasana sedih atau duka atau kekecewaan dan rasa frustasi yang dialami Eropa, serta unsur visual dan atmosferik dengan kata-kata "berkerudung mendung". Kombinasi kata-kata ini menciptakan gambaran yang gelap dan memunculkan nuansa mendalam dalam puisi. Sedikit masukan, ruang di luar makna harfiah teks, atau makna konotasi masih bisa ditingkatkan lagi, missal, jika dirasa larik pertama danm kedua sudah dipandang telah kuat, maka judul bisa dipertimbangkan untuk penyempurnaan agar bisa memberi impresi lebih dalam pada isi puisi.
C. KEPADUAN DAN ATAU MAKNA PER LARIK MANDIRI DALAM MENGUATKAN TEMA
5. Kemandirian dan kekuatan larik merelevansi dengan judul dalam menyampaikan makna secara mandiri:
Penilai Pertama: 9/10
Penilai Kedua: 9.5/10
Penilai Ketiga: 9 /10
Penilai Keempat: 8/11
Total Penilaian: 34.5
Penjelasan Penilaian: Setiap larik memiliki makna secara mandiri yang relevan dengan tema, Namun juga secara kombinasi larik saling melengkapi untuk menggambarkan kontras antara potensi positif hilirisasi nikel dan penolakan dari pihak Eropa. Masukan, Untuk lebih memberi makna lebih dalam tiap lariknya tanpa ketergantungan larik lainnya, kombinasi dalam penggunaan kata sederhana dan penjelajahan berbagai majas yang efektif sesuai konteks perlu lebih dipertimbangkan lagi eksplorasinya, missal dalam larik pertama "Nikel memantulkan cahaya" untuk menggambarkan potensi nikel kedepan yang lebih bernilai tinggi, bisa dengan menggunakan majas yang mengaitkan dengan keberadaan “nikel” di mana, Misal “Nikel, memancar Indonesiaku”. Di sini kata "memancar Indonesiaku," memberikan dimensi baru pada makna puisi. memberikan suatu nuansa yang lebih kaya dan kompleks terhadap gambaran tentang nikel, Indonesia, dan Eropa. Penggunaan "memancar" juga memberikan daya tarik emosional yang lebih kuat dan meresap.
Penggunaan kata "Indonesiaku" secara langsung mengaitkan puisi dengan identitas lokal, yaitu Indonesia. Ini dapat memberikan resonansi dan keterhubungan lebih dalam pada pembaca yang berada dalam konteks budaya dan identitas Indonesia, serta apa yang tengah actual terjadi.
6. Kekuatan ekspresi dan impresi gaya bahasa yang digunakan secara kesatuan utuh puisi dalam menyampaikan tema: 9.4 /10
Penilai Pertama: 9.4/10
Penilai Kedua: 9.5/10
Penilai Ketiga: 8 /10
Penilai Keempat: 9/10
Total Penilaian: 35.5
Penjelasan Penilaian: Puisi menggunakan gaya bahasa yang kuat untuk menggambarkan kontras tema. Saran, penggunaan lambang/symbol bahasa masih sangat berpeluang untuk ditingkatkan lagi untuk lebih mendalamkan kedalaman makna
D. KOHERENSI/KESELARASAN ANTAR LARIK
7. Koherensi antar larik dan judul memberikan kesan yang utuh dan terhubung antara setiap bagian puisi
Penilai Pertama: 10.2/11
Penilai Kedua: 9/11
Penilai Ketiga: 8 /11
Penilai Keempat: 9/11
Total Penilaian: 35.5
Penjelasan Penilaian: Koherensi antar larik dan judul tercipta dengan baik dalam membawa pesan tema, dan menggugah kesan kehadiran pembaca. Saran, koherensi dan kausalitas judul dan isi puisi masih memungkinkan untuk ditingkatkan, missal dengan penggunaan bagasa lambing atau simbolis lebih efektif sesuai konteks tema yang diangkat ke permukaan.
8. Kekuatan puisi secara utuh dalam menciptakan makna, pesan dan kesan
Penilai Pertama: 9.8/10
Penilai Kedua: 9/10
Penilai Ketiga: 8 /10
Penilai Keempat: 8/10
Total Penilaian: 34
Penjelasan Penilaian: Puisi ini sangat berhasil dalam menciptakan makna dan kesan yang utuh, serta penggambaran emotif yang mendalam dalam penyampaian pesan ke pembaca. Masukan, dalam konteks puisi ini, diksi yang terasa longgar, masih bisa ditingkaykan dengan pilihan diksi yang lebih kuat menciptakan makna literal maupun makna figurative untuk memperkaya makna dan pesan secara lebih mendalam.
E. KEUTUHAN/TUNGGAL—JUDUL & ISI BERSENYAWA— MENGANGKAT TEMA
9. Kesatuan utuh ayat puisi mencakup kausalitas, koherensi, dan harmoni dalam menciptakan pesan dan kesan tema secara mendalam
Penilai Pertama: 11.8/12
Penilai Kedua: 11/12
Penilai Ketiga: 10 /12
Penilai Keempat: 8/12
Total Penilaian: 40
Penjelasan Penilaian: Puisi ini telah sangat berhasil dalam menciptakan kesatuan yang utuh, dalam upayanya menggali kedalaman pesan yang ingin disampaikan ke pembaca. Masukan, pengalaman batin atau cara penyair dalam menyampaikan perasaan, emosi, atau pemahaman pribadi penyair secara mendalam dan intim kepada pembaca, perlu sekiranya beberapa hal masikan pada elemen poin sebelumnya yang berkaitan dengan judul serta kekuatan majas dalam larik pertama untuk lebih disempurnakan lagi.
10. Kekuatan teks puisi secara kesatuan utuh ayat menciptakan kehadiran dan pengayaan makna/tafsir pada pembaca: 12/13
Penilai Pertama: 12/13
Penilai Kedua: 13/13
Penilai Ketiga: 10 /13
Penilai Keempat: 9/13
Total Penilaian: 44
Penjelasan Penilaian: Overal, puisi sudah memberikan pengayaan makna dan tafsir, secara mendalam. Meskipun singkat, puisi ini berhasil menciptakan kesan dan menggugah pembaca untuk merenung tentang tema yang diangkat. Namun sedikit masukan untuk menyempurnakan penggunaan bahasa lambang/symbol dan bahasa kiasan agar lebih menawarkan makna-makna indeks yang bersifat multi-interpretable atau multi tafsir.
Avarage Poin Penilai Pertama: 9.5
Avarage Poin Penilai Kedua: 9.2
Avarage Poin Penilai Ketiga: 8.0
Avarage Poin Penilai Keempat: 8.3
Avarage All: 9.5 + 9.2 + 8.0 + 8.3 = 26.75/3= 8.8
Puisi yang memuisi OK****
Mataram, 12 Agustus 2023
Komentar
Posting Komentar