Kapitalisasi Dunia Pendidikan: Mendidik untuk Menjadi Produk Penghisap kepada Sesama Manusia


Oleh: Agus Adianto 

Lembaga-lembaga pendidikan saat ini lebih cenderung menerapkan sistem kapitalisasi. Salah satu modusnya adalah dengan dalih partisipasi, sumbangan, sedekah ataupun infaq. Oknum praktisi pendidik diduga melalui komite sekolah melakukan kamuflase dalam meraih untung sepihak di sela-sela peraturan yang mereka buat sendiri untuk memanipulasi. Hal ini berdasarkan beberapa temuan kasus di sekolah yang ada di Kota Batu. Apakah hal tersebut bisa di benarkan ?

Baik kepala sekolah maupun pihak Komite menyampaikan hal yang hampir sama, bahwa sumbangan itu untuk mendukung kegitan-kegiatan yang ada di sekolah setempat, untuk menabung buat acara wisuda, untuk membenahi bangunan sekolah dan lain-lain. Uang patisipasi tersebut nilainya secara nominal ditentukan oleh pihak komite dan sekolah dan nilainya juga cukup besar. Antara Rp.150.000- Rp.175.000 dan di lakukan secara reguler berkelanjutan. Itu sumbangan atau pungutan ?!

Biaya pendidikan yang mahal dengan sistem yang buruk akan menimbulkan deretan masalah-masalah sosial di tengah masyarakat. Yang berpendidikan tinggi belum tentu mendapatkan pekerjaan serta penghasilan yang layak, apalagi yang tidak mampu untuk bersekolah.
Pendidikan adalah sumber dari segala perubahan. Yang baik akan dapat membangun peradaban yang lebih bermartabat dan manusiawi. Pendidikan dengan sistem yang buruk akan merusak bahkan menghancurkan sebuah peradaban manusia.

Setelah sekolah, harapan tak sesuai apa yang diharapkan. Para pemuda-pemudi yang baru lulus sekolah, masuk dalam dunia kerja dengan harapan mendapatkan upah yang layak. Namun pada kenyataanya jauh api dari panggang. Mereka akan terbentur dengan persoalan skala upah yang hingga saat ini masih jauh dari layak. Ditambah lagi dengan adanya gaji buruh atau pekerja yang masih di bawah Upah Minimum Kota (UMK) ataupun Upah Minimum Regional (UMR) di beberapa perusahaan yang tidak taat terhadap peraturan Undang-Undang Ketenaga Kerjaan.

Mampukah seseorang yang berkarir di satu bidang pekerjaan dapat membiayai keluarganya dengan gaji yang saat ini Rp 3.155.367. (UMR Kota Batu)? Untuk biaya makan, bayar tagihan air, listrik, sekolah anak, bilamana belum punya rumah harus bayar biaya kontrakan. Belum lagi kebutuhan tidak terduga dan lain sebagainya.

Kapan dan bagaimana generasi Indonesia bisa hidup layak jika pada faktanya penghasilan dan kebutuhan hidup sangat tidak berimbang ? Salah satu solusinya adalah mereka berangkat menjadi TKI pergi ke luar negeri, dengan lapang dada meninggalkan keluarga tercinta.
Dengan harapan mendapatkan penghasilan yang cukup dan layak untuk menghidupi keluarganya. Membeli tempat tinggal layak, membiayai sekolah anak agar sesuai dengan harapan dan cita-cita.

Sebagai salah satu solusi alternatif, tidak ada salahnya pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan alternatif dengan menjalin kerjasama dengan beberapa negara-negara industri maju, dalam hal tenaga kerja produktif. 
Untuk mengirimkan tenaga kerja terampil di berbagai bidang sesuai kebutuhan keahlian yang di perlukan oleh negara tujuan. Salah satu Solusi untuk saai ini, bisa saja itu yang terbaik.
Dengan harapan anak-anak muda mendapatkan gaji yang lebih layak dan berkecukupan serta dapat menyisihkan penghasilannya untuk di tabung, agar kelak memiliki modal yang cukup dalam membangun usaha di bidang apapun.

Batu, 15/8/2024

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang

Diduga Gelapkan Uang, Developer Perumahan di Kota Batu Dilaporkan User ke Polisi

Ajak Masyarakat Hidup Sehat, Wisata Lembah Dali Adakan Senam Bersama dan Lomba Senam Pica-PicaOleh: Eko Windarto