Menyusuri Puisi Essay On Man: Ani Kzt
Oleh: Eko Windarto
Filsafat secara harfiah adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran dan bahasa. Secara historis filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan. Pada era modern, filsafat telah menjadi disiplin akademik seperti psikologi, sosiologi, linguistik, dan ekonomi, seni, sains, dan politik. Bidang filsafat akademik diantaranya metafisika, epistemologi tentang asal muasal dan bidang pengetahuan etika, estetika, logika, filsafat ilmu, dan sejarah filsafat.
Jika mengikuti sejarah ideal tentang filsafat, tentu tulisan atau puisi filsafat yang akan dihasilkan membutuhkan perenungan dan waktu. Dalam puisi Ani Kzt terlihat sekali menguasai sejarah filsafat dengan budaya, sains, pengetahuan metafisika, dan pengetahuan tentang alam semesta merasuk dalam karakter-karakter dasar filsafatnya. Memang puisinya cenderung menunjukkan kontinuitas berfilsafat. Mari kita telusuri puisinya di bawah ini.
ESSAY ON MAN
Dari Sejarah Filsafat Barat
Oleh: Ani Kzt
Jika Engkau melihat
Hukum-hukum Tuhan dengan pikiran yang bersih
Hukum-hukum itu nampak di langit
Di mana bintang- bintang bercahaya dalam ketenangan yang tidak menyilaukan
Matahari yang memancarkan api
Tiada menghentikan saudara perempuannya
Dalam gelombang lautan yang menyembunyikan sinarnya
Meski ia meminta
Bintang- bintang lain meringkuk
Tetapi ia terus berputar
Di atas langit ,lautan tiada pernah menyentuhnya
Cahaya senja
Dengan rona merah yang nampak
Datangnya malam yang teduh
Dan penerang sebelum hari berlalu
Cinta dua arah
Mengabadikan semua semesta
Dan dari kumpulan bintang langit
Terjadilah semua perang dan pertengkaran
Keterpaduan yang manis ini
Dalam keseimbangan yang tak tergoyahkan
Hakikat dari semesta
Hingga benda-benda subur menjadi kering dan layu
Dingin yang menggetarkan
Dengan api yang mengikat persahabatan
Api yang menggetarkan tempat tertinggi
........
Dan bumi yang tenggelam dalam kedalaman
Tahun berkembang
Aroma menyerbak di musim semi
Musim panas yang menyengat tak tertanggungkan
Buah-buahan musim gugur dari pohon-pohon .
Hujan yang mengguyur
Embun di musim dingin
Hukum-hukum ini berkembang dan berjalan abadi
Semua makhluk yang hidup di bumi
Ketika mati
Maka kematian mengakhiri kehidupan mereka
Sedangkan Pencipta bertahta di ketinggian
Yang kekuasaannya tiada seorangpun di dunia bisa mencegahnya
Ia adalah raja manusia
Mengatur manusia dengan kehendak- Nya
DariNya mereka tumbuh ,berkembang ,dan bersemi
Ia adalah hukum manusia dan yang menghakimi manusia
Semua yang ada di dalam semesta
Berjalan ,berganti
Kehendak-Nya tiada kekuatan yang bisa mencegahnya
Dan tiba-tiba berhentilah gerakan mereka
Kecuali kekuatannya
Kekerasan manusia mesti dihentikan
Atau semuanya akan semakin merajalela
Memutar arah perputaran semesta
Dekrit yang kokoh
Yang sekarang tiada semerbak
Segalanya akan terlepas dari awal kelahirannya
Cinta yang kuat ini
Milik semua orang
Yang menggerakkan kehendak berbuat baik
Kembali ke musim semi, asal dari mereka jatuh pertama kalinya
Tidak ada dunia
Yang bisa melanjutkannya
Kecuali cinta membawanya kembali
Ke jalan yang melahirkan esensi pertama kali.
Puisi ini sangat komplit mengenai segala aspek kehidupan: mulai dari hukum, sejarah filsafat, teologi, astronomi, budaya, sains, dan apa yang ada di alam semesta ini. Saya yakin sekali bahwa penulisnya mempunyai pandangan terutama teologi dan filsafat. Jika bukan orang yang menguasai teologi dan filsafat mungkin tidak bisa menulis puisi sekomplit ini. Terus terang saya masih harus belajar dan belajar biar menjadi profesor ilmu yang tak bertepi.
Memang puisi ESSAY ON MAN ini menarik untuk kita kaji kedalamannya. Kalau melihat atau membaca pembukaan bait pertama kita seakan-akan dibawa pengaruh hipnotis makna di dalamnya. / Jika Engkau melihat/ Hukum-hukum Tuhan dengan pikiran yang bersih/ Hukum-hukum itu nampak di langit/ Di mana bintang-bintang bercahaya dalam ketenangan yang tidak menyilaukan/. Sang penyair bercerita bahwa hukum-hukum Tuhan akan bercahaya dan bersih pada seseorang yang mempunyai hati dan pikiran yang jernih dan bersih. Itu terlihat dari diksi dan metafora PIKIRAN YANG BERSIH, BINTANG-BINTANG BERCAHAYA DALAM KETENANG YANG TIDAK MENYILAUKAN. Nah, dari situlah diksi dan metaforanya saling bertautan seperti / Matahari yang memancarkan api/ Tiada menghentikan saudara perempuannya/ Dalam gelombang lautan yang menyembunyikan sinarnya/ Meski ia meminta/ Bintang-bintang lain meringkuk/ Tetapi ia terus berputar/ Di atas langit, lautan tiada pernah menyentuhnya/. TIADA MENGHENTIKAN SAUDARA PEREMPUAN adalah simbolis yang sangat kuat dalam menggambarkan kekuatan panas dari cahaya matahari yang bisa memantul saat sinarnya bertabrakan dengan gelombang lautan. Jelas sekali dia melukiskan laut yang tak akan bisa mengikuti rotasi bumi. Kembali sang penyair menyuguhkan metafora CAHAYA SENJA, yang mana bisa diartikan sore hari bisa juga umur yang sudah senja. Tapi, jika merunut kata-katanya, DATANGNYA MALAM jelas dia menceritakan di ambang sore. CINTA DUA ARAH adalah simbolis yang menggambarkan cinta kebaikan dan cinta keburukan yang akhirnya bisa membuat PERANG DAN PERTENGKARAN yang menjadi KETERPADUAN YANG MANIS DALAM KESEIMBANGAN YANG TAK TERGOYAHKAN. Itulah gambaran hidup di dunia ini: ada hitam dan ada putih. Ada siang dan ada malam. Semua itu sudah menjadi ketetapan Allah SWT.
Pada bait kedua, penyairnya bercerita tentang rotasi bumi yang setiap detik, setiap saat terus berputar mengikuti siklusnya. Ada musim semi dan musim gugur. Terlihat dari larik-larik seperti ini, / Dan bumi yang tenggelam dalam kedalaman/ Tahun berkembang/ Aroma menyerbak di musim semi/ Musim panas yang menyengat tak tertanggungkan/ Buah-buahan musim gugur dari pohon-pohon/ Hujan yang mengguyur/ Embun di musim dingin/. Lalu dia lanjutkan dengan menceritakan hukum alam yang juga sebagai ketetapan dariNya. Bumi akan terus berputar, sementara semua mahkluk di bumi ini akan mengalami kematian, dan akan lahir mahkluk-mahkluk baru yang diciptakan oleh Sang Pencipta Yang Maha Tinggi, serta tak seorangpun bisa mencegahnya. Sang penyair menceritakan bahwa / Ia adalah raja manusia/ Mengatur manusia dengan kehendakNya/. Begitu jelasnya ia menggambarkan kebesaran Allah SWT melalui puisi. Ia juga telah begitu komplit meceritakan kehidupan yang keras penuh tantangan. Baris terakhir pun ia lukiskan dengan metafora CINTA yang bisa buat perenungan bagi kita semua untuk kembali pada esensi cinta itu sendiri. Betul-betul puisi yang apik dan menarik untuk kita kaji bersama.
Demikian apresiasi ini. Apa bila ada kurang lebihnya mohon maaf.
Batu, 1382018
Komentar
Posting Komentar