*Di Balik Reruntuhan Diri*



Puisi: *Leni Marlina*

[Komunitas Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat: PPIPM-Indonesia; Satu Pena Sumbar]


Kawan, apakah kau mendengar suara batu?
Ia berbisik dari dasar reruntuhan,
tentang cerita yang tak pernah rampung,
tentang kita yang menghapus diri
di setiap garis retak jalan.

Kau berjalan, tapi tidak menuju apa-apa.
Langkahmu bukan perjalanan,
hanya tarian sepi yang mengikis tanah.
Aku bertanya:
Apa yang kau titipkan pada angin,
selain nama yang terus kau lupakan?

Kita pernah menjadi tiang-tiang kokoh,
menopang langit yang terlalu berat.
Namun waktu adalah palu yang tanpa belas kasih,
membenturkan kita pada serpihan sejarah.
Kini kau berdiri di antara puing-puing,
menggenggam serpihannya
seolah ia adalah masa depan.

Tanganmu penuh debu,
bukan karena kalah,
tapi karena menggali.
Mencari apa, kawan?
Sebuah cahaya di lubang yang kau gali sendiri?
Atau bayanganmu yang tertinggal
di masa yang terlalu jauh untuk disentuh?

Di balik reruntuhan ini,
aku melihat dirimu lain,
seorang pengukir keheningan.
Batu-batu itu adalah saksi
dari doa-doa yang kau bungkam,
dari janji yang kau kubur dalam-dalam.

Kau tak butuh pengakuan,
kau tak ingin dimengerti.
Kau hanya ingin menjadi gema
yang mengguncang ruang kosong,
menjadi retakan kecil
di dinding-dinding sempurna.

Kawan, di balik reruntuhan ini,
kau bukan hanya manusia—
kau adalah puisi,
yang ditulis tanpa tinta,
hanya dengan luka,
hanya dengan keberanian
untuk tidak selesai.

Bali, 2013

-------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang

Diduga Gelapkan Uang, Developer Perumahan di Kota Batu Dilaporkan User ke Polisi

Ajak Masyarakat Hidup Sehat, Wisata Lembah Dali Adakan Senam Bersama dan Lomba Senam Pica-PicaOleh: Eko Windarto