Merah Putih Menyanyi Futurologi
Karya: Eko Windarto
Malam ini, Merah Putih menerawang ke cakrawala yang belum kelihatan,
menyibak tirai masa, menembus kabut waktu yang bersemu,
menyanyikan lagu yang belum usai,
melodi yang terus berulang dalam denyut nadi peradaban.
Merah bukan sekadar darah masa lalu,
melainkan bara yang membara dalam jiwa yang terus bangun,
menyulut nyala di lembah harapan,
mencerahkan jalan anak cucu di tepi cakrawala yang baru.
Putih bukan sekadar tulang pengingat yang hening,
tapi kanvas bersih, pelabuhan mimpi tanpa noda,
tempat lahirnya aspirasi tanpa batas,
dalam kelopaknya terpatri janji untuk melukis hari esok.
Melodi itu membentang ribuan tahun ke depan,
dalam detik yang masih terlelap dalam pusaran waktu,
menyerap bisikan angin yang masa depan sampaikan,
menyulamnya menjadi benang-benang kebijakan dan keberanian.
Anak-anak negeri berlari dengan mata terbuka,
menangkap gema merah putih yang berdebar di pergelangan tangan,
tak hanya sebagai simbol, tapi sebagai pelita,
menuntun langkah mereka melewati peradaban yang terus berubah.
Tatkala teknologi merangkai dunia dalam jalinan tak kasat mata,
dan manusia menari di atas harmonik data dan informasi,
Merah Putih tetap menyanyi,
melintasi dimensi digital dan dunia nyata yang bersatu.
Bukan hanya soal darah dan tulang yang pernah patah,
tapi tentang jiwa yang tak pernah lekang,
bersemayam dalam chip-chip kenangan yang mengalir di arus listrik,
menjadi virus keberanian dalam sistem algoritma.
Putih yang dulu hening, kini bersuara dalam kode-kode rahasia,
menuliskan doa, kecemasan, dan harapan dalam bahasa biner,
menjadi inspirasi yang membangkitkan kesadaran,
bahwa kemanusiaan tak akan hilang meski zaman berganti rupa.
Merah Putih menyanyi dalam untaian sinyal dan pulsa,
di antara nada elektronik dan suara algoritma,
menggugah dunia untuk tidak lupa akan akar, darah, dan janji,
agar tak tenggelam dalam lautan kecepatan dan perubahan.
Ini bukan hanya lagu kemarin,
tapi nyanyian yang tak pernah usai, yang hidup dalam nadi masa depan,
mengingatkan bahwa perjuangan adalah kabar dari generasi ke generasi,
yang terus bergaung dalam hembusan angin kosmos dan cahaya galaksi.
Ketika bintang berbisik dan planet menari dalam simfoni alam semesta,
Merah Putih turut bernyanyi menjadi bagian dari langit malam,
melantunkan puisi waktu yang tak pernah lelah,
tentang rumah, tanah air, dan kasih yang tak tergantikan.
Dalam setiap detak waktu yang menua dan muda,
merah dan putih berani bermimpi tentang dunia yang adil dan damai,
dengan manusia sebagai pelukis masa depan yang bijak dan penuh cinta,
menyulam harmoni antara kemajuan dan jiwa luhur.
Malam ini, Merah Putih menyanyi bukan hanya untuk mengenang,
tapi untuk meramalkan,
menjadi bisikan rahasia yang membisikkan tanda-tanda harapan,
sebuah futurologi jiwa yang tak pernah padam.
Maka dengarkanlah suara itu—
nyanyian merah dan putih yang menuntun kita melayang,
melintasi batas-batas ruang dan waktu,
menuju cakrawala baru yang menanti untuk dicinta dan diperjuangkan.
Batu, 12 Agustus 2025
Komentar
Posting Komentar