Gaung Batu Art Flower Carnival Masih Terasa: Pesona Mobil Hias Bunga Asli Menjadi Sorotan
BATU – Perhelatan Batu Art Flower Carnival (BAFC) yang berlangsung beberapa waktu lalu memang telah usai, namun pesona dan keindahannya masih menyisakan kehangatan di tengah hiruk pikuk masyarakat. Pesona mobil hias berbumbu bunga tetap menjadi obrolan menarik yang tak lekang oleh waktu.
Selain keunikannya, daya tarik utama dari BAFC di Kota Batu adalah penggunaan bunga asli sebagai hiasan utama mobil-mobil hias.
Jika di kota lain banyak yang memakai bunga plastik, di Batu semua bunga yang menghiasi mobil adalah bunga asli yang segar dan alami. Mulai dari Mawar, Melati, Bunga Matahari, Krisan, Peony, Pikok, hingga bunga Marigold, mewarnai setiap mobil dengan keindahan yang nyata dan menyentuh hati.
Momen ini tak hanya disaksikan dari kejauhan, melainkan turut dirasakan langsung oleh penonton yang memadati sepanjang rute perjalanan.
Banyak di antara mereka yang tak ragu mendekati mobil hias sambil mencomot bunga-bunga yang menempel. Bahkan, tidak sedikit bunga yang hilang dari mobil, karena penonton merasa senang bisa membawa pulang sebahagian dari keindahan tersebut sebagai kenang-kenangan.
“Kalau mau mengambil bunga di mobil hias Dinas Pendidikan, nggak bisa, dilarang sama penjaganya,” ujar Yolan, salah seorang penonton dengan ekspresi kecewa.
Tapi tidak sedikit kontingen yang justru membiarkan bunga di mobil mereka diambil penonton, bahkan ada yang menyiapkan bunga dan sayur untuk dibagikan sebagai bagian dari semangat kebersamaan.
Seperti yang dilakukan kontingen dari Sidomulyo, misalnya. Candra, seorang petani bunga dan dekorator, menyatakan, “Kehadiran acara ini memang untuk membuat masyarakat senang, ya kami biarkan saja mereka mengambil bunga dan sayur dari mobil hias kami. Bahkan, kami menyiapkan juga bunga mawar dan sayur untuk dibagikan kepada penonton.”
Perhelatan yang digelar Pemkot Batu ini tidak hanya memberi manfaat dan hiburan, tetapi juga turut mendongkrak ekonomi masyarakat.
Petani bunga, dekorator, pedagang asongan, bahkan pengusaha mobil hias pun merasakan dampak positif dari momentum ini.
“Banyak yang mendapatkan keuntungan, bahkan sebagian besar mobil hias dan petani bunga dalam kondisi yang tidak utuh lagi setelah acara karena bunga-bunga dicomoti penonton,” ujar Satryo, pengusaha mobil hias dari Desa Bumiaji.
Namun, menurutnya, di tengah hingar-bingar gelaran ini, ada kekhawatiran mengenai waktu dan musim yang kurang tepat. Pasalnya, bulan Oktober dikenal sebagai bulan puncak musim pernikahan dan berbagai event lain yang menyebabkan harga bunga melambung tinggi.
Petani juga menghadapi kesulitan mendapatkan bunga tertentu saat musim ini, karena banyak bunga yang habis dipakai untuk dekorasi pernikahan dan event lainnya.
“Saran saya, sebaiknya pelaksanaan BAFC disesuaikan dengan bulan-bulan sepi penanggalan Jawa, misalnya Bulan Suro. Saat itu, banyak bunga petani yang tidak terpakai dan bisa dimanfaatkan untuk acara seperti ini,” ungkapnya yang selama acara membuat mobil hias bertema Pendopo.
Ia mengaku membutuhkan ribuan potong bunga untuk menghias satu mobil, termasuk daun hias dan berbagai jenis bunga lainnya.
“Khusus untuk atap Pendopo, saja, saya membutuhkan sekitar 400 tangkai bunga Pikok. Pikok itu adalah simbol penting, seperti nasi: kalau gak ada Pikok, berarti belum lengkap dekorasinya,” tambahnya sembari tersenyum bangga.
Ia juga bersyukur, meskipun mobil hiasnya sampai di garis finish dalam kondisi tidak utuh lagi, bunga-bunga sebanyak itu tetap mampu memberikan keindahan dan kebahagiaan.
Di sisi lain, Wali Kota Batu, Nurochman, turut menyampaikan apresiasi terhadap berbagai even yang diselenggarakan oleh Pemkot Batu. Menurutnya, acara seperti BAFC memiliki dampak ekonomi dan sosial yang luar biasa.
“Banyak pihak yang memberikan apresiasi dan berharap event ini terus diadakan. Dampak ekonominya sangat terasa, terutama di sektor penginapan dan homestay di Kota Batu yang semakin ramai dikunjungi wisatawan,” ujarnya.
Ia pun menambahkan bahwa acara ini turut mendukung keberlanjutan pariwisata dan perekonomian lokal secara menyeluruh.
Sebagai penutup, Wali Kota menegaskan bahwa kegiatan budaya dan kreativitas seperti BAFC tidak hanya menjadi hiburan semata, melainkan menjadi kekuatan dalam membangun solidaritas dan keberlangsungan ekonomi masyarakat Batu.
Momentum ini menjadi refleksi bahwa keindahan alam, budaya, dan kreativitas lokal mampu bersinergi menciptakan event yang penuh makna dan manfaat bagi semua pihak.
Penulis: Win
Komentar
Posting Komentar