Kisah Capaian INKES YARSI Mataram yang Mengubah Wajah Akademik dan Masyarakat



Di pagi yang lembut di Mataram, udara kampus INKES YARSI Mataram terasa berbeda. Ada senyum yang tidak biasa, ada langkah yang lebih ringan, dan ada cerita yang berhembus dari satu lorong ke lorong lain. Laporan LPPM yang baru dirilis hari itu bukan hanya kumpulan angka dan capaian; ia adalah kisah tentang manusia, kerja keras, dan keberanian untuk bermimpi lebih besar.

Di ruang LPPM, Dr. Agus Supinganto duduk tenang sambil memegang laporan yang sudah melalui proses panjang. Senyum tipis muncul ketika ia membuka halaman pertama.

“Setiap lembar ini punya cerita. Cerita tentang dosen yang tidak menyerah, mahasiswa yang percaya, dan masyarakat yang kita dampingi,” ujarnya dengan suara bergetar pelan.

Di salah satu sudut kampus, seorang dosen muda bernama Nurul Fatmawati berjalan sambil membawa tumpukan jurnal. Ia mengaku sempat ragu ketika mengirimkan proposal penelitiannya. 

“Saya pikir peluangnya kecil. Tapi kampus ini membuat saya berani mencoba,” tuturnya sambil tersenyum malu. Pengakuannya mencerminkan perjalanan banyak dosen lain yang kini berdiri sebagai penerima hibah nasional.

Di seberang ruangan, Dr. Zul Hendry mengenang bagaimana ia bangun dini hari selama berminggu-minggu hanya untuk menyesuaikan metodologi penelitian. 

Ketika hibah itu diumumkan, ia mengaku hanya mampu menunduk lama sebelum mengucap syukur. 

“Saya ingat wajah mahasiswa-mahasiswa saya. Mereka membuat saya ingin memberi lebih,” katanya sambil menatap layar komputer penuh data riset.

Di tengah kebahagiaan itu, sebuah pesan video dari salah satu mitra internasional tiba dari Saxio University di Belanda.

Dalam pesan itu, seorang profesor berkata, “INKES YARSI Mataram adalah mitra yang belajar cepat dan bekerja dengan hati. Kami bangga bisa berjalan bersama.” 

Pesan itu diputar berulang-ulang oleh mahasiswa yang kebetulan lewat, seakan-akan mereka ingin menyimpan semangat itu dalam ingatan.

Di laboratorium kecil yang menjadi tempat lahirnya banyak ide penelitian, seorang mahasiswa tingkat akhir bernama Riska menyampaikan kesannya setelah mengetahui bahwa banyak dosennya meraih hibah nasional. 

“Kalau mereka bisa, kami jadi tidak takut bermimpi. Kampus ini membuat kami merasa layak,” ujarnya sambil memegang buku catatan yang sudah lusuh.

Di desa binaan di Lombok Barat, suasana tidak kalah hangat. Para lansia berkumpul di ruang serbaguna tempat sekolah lansia diadakan. 

Seorang nenek bernama Inaq Rukmani berkata lirih, “Dulu saya sering merasa merepotkan keluarga. Setelah ikut sekolah ini, saya tahu bahwa saya masih bisa sehat, masih bisa belajar.”

Matanya berkaca-kaca saat bercerita tentang kebiasaan senam pagi dan diskusi kesehatan yang membuatnya merasa muda kembali.

Di sisi lain ruangan, Bidan Putu Ary mengingat saat pertama kali mengajak para lansia mengisi buku kesehatan pribadi.

“Mereka memegang buku itu seperti memegang harapan baru,” katanya sambil tersenyum. Baginya, program sekolah lansia bukan hanya pengabdian, tetapi ruang pertemuan antara ilmu dan kemanusiaan.

Di Kota Mataram, Winda Nurmayani, salah satu penggagas sekolah lansia, berbicara penuh semangat ketika ditanya tentang motivasinya. 
“Kami ingin membuktikan bahwa kesehatan bukan hanya milik kaum muda. Lansia juga berhak memiliki pengetahuan dan pendampingan yang hangat,” ungkapnya.

Di ruang dosen kampus, suasana semakin meriah ketika kabar penetapan Dr. Agus Supinganto sebagai Asesor BKD Nasional tiba. Seorang rekannya berkata, “Beliau bukan hanya guru, tetapi teladan. Penunjukan ini layak, karena beliau tidak pernah berhenti belajar.” Pengakuan itu disambut tepuk tangan para dosen lainnya yang tampak bangga.

Di balik semua kebahagiaan itu, Kepala LPPM kembali menegaskan misi lembaga.

“Kami bukan hanya mengejar peringkat. Kami ingin menyalakan cahaya kecil di banyak tempat. Baik di ruang kelas, laboratorium, desa binaan, maupun di hati para lansia yang membutuhkan pendampingan,” ujarnya.

Penulis: Jim
Editor: Eko Windarto 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PjS Kades Puncak Jeringo Tegaskan Dana Desa untuk Pembangunan, Bukan untuk Korupsi

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang

YUA dan OK-OCE Dorong Evaluasi Kinerja Sekda Kota Batu