Komitmen Tegas Presiden Prabowo untuk Reformasi Polri


Merinding sajalah mendengar cerita Mahfud MD tentang sebuah komitmen seorang Presiden, Prabowo Subianto, yang tak sekadar janji — melainkan sumpah tak tergoyahkan. Semua terungkap dalam Podcast YouTube, Forum Keadilan, baru-baru ini, sebuah suara yang menggema dari ruang tertutup menuju telinga publik.

Cerita itu sejatinya adalah kisah yang hanya layak untuk didengar oleh sekadar kalangan terbatas. Presiden membagikannya dalam pertemuan sunyi bersama Anggota Komisi Percepatan Reformasi Polri — komisi yang baru saja dibentuk sebagai sinar harapan di tengah kerikil jalan reformasi. 

Di saat wartawan diminta meninggalkan ruangan, dialog itu tetap membekas, seperti bait-bait sajak yang terukir dalam lembar sejarah.

Namun Mahfud MD, sang saksi yang dipercaya, memilih membuka tirai—mempersembahkan cerita itu kepada publik. Sebuah langkah penuh keberanian, agar diri kita semua mengerti: apa artinya kegigihan yang nyata.

Presiden bersuara lembut namun tegas: "Polri harus baik. Polri kini berada dalam sorotan tajam, dan sudah saatnya ia menjadi panutan. Negara ini sedang berada dalam badai masalah. Kekayaan negeri terus mengalir ke tangan para pengusaha yang tak bertanggung jawab, namun imbal baliknya bagi rakyat nyaris hampa."

Dari balik kata-kata itu, tergambar betapa besar beban yang Presiden emban. Beliau membuka lembar data sebagai contoh — data yang bukan berasal dari dalam negeri, tapi dari luar, sebuah cermin transparan yang menyorot ketimpangan puluhan tahun lamanya.

“Perusahaan mengekspor nikel,” ia melanjutkan, “dikatakan sebanyak 10 juta ton. Namun di negara tujuan ekspor, tercatat impor nikel mencapai 100 juta ton.” 

Sebuah disparitas yang melukiskan ironi mendalam— negara meratap untuk setiap ton mineral yang hilang tanpa jejak.

Dengan kemurkaan berbalut cinta tanah air, Presiden kemudian menegaskan pentingnya jiwa nasionalis yang sejati: "Polri dan TNI harus membela rakyat, melindungi yang lemah, bukan menjadi kaki tangan pengusaha hitam yang menjarah harta alam kita."

Detik itu, semuanya menjadi pengingat abadi bagi para pemegang bintang di pundak mereka—Kapolri dan Panglima TNI hadir di sana, mendengar seruan yang bukan sekadar bisikan, melainkan gema tekad yang menggugah nurani.

“Tak ada gunanya bintang empat di pundakmu,” Presiden berpesan dengan suara penuh kewibawaan, “jika kau tidak mampu membela rakyat. Polri harus baik, TNI harus baik, dan negara ini harus menjadi lebih baik.”

Mahfud MD, sebagai saksi bisu sekaligus penerjemah harapan rakyat, membungkus pesan itu dalam sebuah cerita yang tak bisa disenyapkan begitu saja. Ia ingin publik tahu, betapa bernilai sebuah komitmen yang melampaui kata-kata — komitmen seorang pemimpin yang mencintai negaranya dengan sepenuh hati.

Kisah itu juga menjadi alasan utama Mahfud MD bersedia bergabung dalam Komisi Percepatan Reformasi Polri. Sebuah komisi yang menyimpan banyak kritik dan keraguan dari masyarakat, namun menjadi angin segar berkat figur Presiden yang pantang menyerah.

Ketika segala detail keanggotaan menjadi kabur oleh hingar-bingar opini, satu yang jelas membekas: seorang Presiden yang tulus, yang melangkah tegap di tengah badai, menebar harapan untuk perbaikan.

Mahfud MD dan Presiden Prabowo bukan sekadar kolega. Mereka adalah saudara seperjuangan—banyak tahun bersilang jalan di pangkuan pemerintahan Jokowi, di mana Prabowo berada di bawah koordinasi Mahfud MD. 

Ikatan itu bukan hanya soal jabatan, melainkan semangat yang sama untuk melihat negara ini tumbuh dan bangkit dari keterpurukan.

Jika kita renungkan, perkataan Presiden tersebut tak ubahnya sebuah bait puisi perjuangan negeri. Sebuah janji suci untuk mengawal reformasi, agar Polri menjadi institusi yang membersihkan diri dari belenggu korupsi dan ketidakberesan, menjadi pelindung yang sesungguhnya bagi rakyat, bukan alat kekuasaan yang melayani segelintir elit.

Suara itu menggema bukan hanya di ruang rapat tertutup, tetapi kini telah melebar ke seantero nusantara. Menjadi pengingat kepada kita bahwa perubahan sejati membutuhkan keberanian dan tekad, dimulai dari pucuk pimpinan yang teguh dan didukung oleh seluruh elemen bangsa.

Ketika Polri dan TNI berdiri di garis depan, bukan sebagai penjaga pamong negara yang menindas, melainkan sebagai benteng rakyat yang setia, di situlah harapan akan masa depan Indonesia yang lebih adil dan makmur mulai menampakkan sinarnya.

Mari kita jadikan cerita ini sebagai bahan renungan, sebagai panggilan jiwa bahwa reformasi bukan sekadar slogan, tapi realita yang mesti diperjuangkan bersama. Bahwa di balik janji Presiden yang mungkin pernah kita dengar, ada semangat baja yang siap diuji waktu dan tantangan.

Semoga kisah ini menggetarkan hati setiap warga negeri, membuat kita bergerak bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik—di mana Polri dan TNI benar-benar berdiri sebagai pilar keadilan, dan di mana rakyat kecil mendapat perlindungan serta keadilan yang mereka pantas dapatkan.

Inilah kisah perjuangan yang tak pernah usang, yang kembali menyeruak melalui lisan Mahfud MD, menyapa nurani kita dengan pesan sederhana: bahwa perubahan adalah tanggung jawab kita bersama, dan bahwa seorang Presiden yang berkomitmen adalah cahaya penuntun dalam gelapnya perjalanan reformasi bangsa.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PjS Kades Puncak Jeringo Tegaskan Dana Desa untuk Pembangunan, Bukan untuk Korupsi

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang

YUA dan OK-OCE Dorong Evaluasi Kinerja Sekda Kota Batu