Penyuluh dan Peran Strategis dalam Mengawal Kesejahteraan Petani Indonesia
Di tengah riuh haluan perubahan pertanian Indonesia, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman hadir dengan pesan penuh makna dan semangat yang membakar jiwa para penyuluh pertanian.
Dalam apel nasional penyuluh pertanian yang digelar secara daring pada 20 November 2025, Amran menegaskan satu hati, satu visi yang nyaris magis: setiap bantuan harus sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan, kepada tangan-tangan kecil dan lemah yang menaruh harapan di lahan-lahan mereka yang sederhana, dilansir dari Sekretariat Jenderal RI.
“Jangan pernah lupa,” serunya dengan suara penuh wibawa, “prioritaskan petani gurem, petani miskin, dan petani yang masih tertinggal secara ekonomi. Bantuan bukan untuk mereka yang telah berkecukupan, bukan untuk yang sudah memiliki traktor berkilauan, melainkan untuk yang bergumul menahan dahaga di tanah pertiwi.” Kata-kata itu berderai seperti rintik hujan padi yang menghidupi bumi.
Mentan Amran dengan tulus mengingatkan, penyuluh pertanian adalah pahlawan tanpa tanda jasa di bumi perladangan ini. Mereka adalah ujung tombak yang mengikat harapan dengan kenyataan di bawah sinar mentari pagi. Tanpa kehadiran mereka yang gigih mendampingi, program-program pemerintah akan menjadi lembaran kosong tanpa arti.
“Saudara-saudara penyuluh, kalian adalah perpanjangan tangan negara. Dari kalian lahir keberhasilan produksi dan kesejahteraan petani. Integritas dan kecepatan kalian di lapangan adalah penyulut api kemajuan,” ujarnya.
Dengan nada penuh optimisme, ia menyerukan agar penyuluh menguatkan pendampingan, memperbaiki tata kelola data, memastikan transparansi, dan mendasarkan setiap langkah pada kebutuhan riil petani.
Data yang akurat baginya bukan hanya angka — melainkan pondasi utama menjadikan bantuan tepat sasaran. “Jika data salah, maka bantuan akan meleset jauh.”
Sebuah adagium sederhana, namun sarat makna, yang mengajarkan kebenaran dasar sebuah perjuangan besar.
Amran juga mengajak para penyuluh untuk menjadi lentera dalam menghadapi segala rintangan alam; banjir, kekeringan, dan serangan hama bukan lagi sekadar kata dari laporan cuaca, namun musuh yang harus ditaklukkan dengan kewaspadaan dan ilmu.
“Bila banjir datang, laporkan segera. Jika hama menyerang, jangan diam, sampaikan juga!” serunya.
Menyelaraskan irama lapangan dengan kebijakan pusat adalah kunci agar respons bisa datang tepat waktu, memperkuat ketahanan dan keyakinan petani akan masa depannya.
Dalam orasi penuh kehangatan itu, Amran memetik bunga-bunga keberhasilan Indonesia di ladang pangan nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menjadi saksi bisu perjuangan: produksi beras nasional Januari hingga Desember 2025 melonjak hingga 34,77 juta ton—lonjakan 4,15 juta ton dibanding tahun sebelumnya. Cadangan beras Bulog pun mencapai rekor tertinggi 4,2 juta ton, kekuatan stok yang semakin menguatkan negeri.
Namun, keberhasilan besar itu tak lepas dari kerja sama erat antara para penyuluh, petani, dan jajaran Kementerian Pertanian.
Amran menegaskan agar semua informasi program dan kebijakan penting, seperti kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) maupun penurunan harga pupuk 20 persen, dapat disebarkan cepat dan merata sampai ke pelosok negeri.
“Masih banyak petani yang belum tahu, kita harus memastikan informasi sampai dan dimengerti agar tidak ada yang tertinggal.”
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, melaporkan betapa antusiasme begitu besar tercurah dari 45.000 peserta apel nasional penyuluh yang hadir dari seluruh tanah air.
Mereka bukan sekadar penyuluh pertanian, tetapi pahlawan masa kini—petani milenial, Brigade Pangan, Badan Riset Market Pertanian, serta seluruh Unit Pelaksana Teknis Kementan menjadi satu jiwa yang bergandengan menggerakkan mimpi swasembada pangan.
Idha menyatakan tekad bahwa penyuluh kini telah menyatu dalam satu tim besar yang gigih mengawal setiap langkah produksi pangan nasional.
Laporan pendampingan mereka di lapangan tak hanya sekadar angka, namun nyanyian harapan akan luas tambah tanam, luas panen, dan harga-harga komoditas yang adil.
Menteri Amran mengakhiri arahannya dengan lembaran harapan dan panggilan untuk terus menjaga sinergi yang telah terjalin.
Ia mengingatkan bahwa swasembada pangan bukan akhir perjuangan, melainkan babak baru untuk terus meningkatkan kualitas hidup petani dan kemakmuran negeri.
Penulis: Win
Komentar
Posting Komentar