Bencana Pemimpin Amplop bagi Warga Amplop
Oleh: Eko Windarto
Di tanah negeri yang lapang dan subur
Berkeliaran bayang-bayang pemimpin berbalut amplop
Janji terbungkus kertas, namun hati terbungkuk nafsu
Menjanjikan surga, tapi menciptakan jurang berduri
Pemimpin amplop, sang penguasa saku
Membagi-bagikan simalakama dalam kemasan manis
Warga amplop, menerima amplop
Mereka terjebak dalam lingkaran demokrasi amplop
Amplop, simbol kecil bertampang tak bersalah
Namun barangkali lebih racun daripada racun itu sendiri
Mengkotori ruang kejujuran dengan noda korupsi,
Menggantikan cita dengan batu kerikil pengkhianatan
Warga amplop, mereka menari dalam irama yang dipaksa
Mengganti martabat dengan potong-potong keberpihakan
Menyambut derai janji di balik kertas tipis
Padahal yang dicari sejatinya bukanlah amplop, tapi keadilan
Bencana ini bukan gempa yang mengguncang bumi
Bukan pula banjir yang menenggelamkan desa
Namun bencana yang meracuni jiwa, menenggelamkan asa
Menjadikan bangsa seolah kabur dari cermin dirinya sendiri
Apa arti pemimpin bila hatinya terkunci oleh amplop?
Apa nilai warga bila suara hanya diperdagangkan?
Ketika kepercayaan berubah jadi komoditas murahan
Kala harapan sirna, dan masa depan semakin suram
Namun, di tengah gulita, ada cahaya yang menunggu
Warga amplop yang sadar dan ingin lebih dari janji kosong
Pemimpin yang memilih tegak dengan nurani, bukan amplop
Membangun negeri dengan tangan bersih dan hati tulus
Mari bangun kesadaran dalam setiap genggaman tangan
Tinggalkan amplop sebagai simbol yang usang dan hina
Karena sejatinya, kekuatan sebuah bangsa besar
Bermula dari pemimpin dan warga yang jujur dan berintegritas
Bencana pemimpin amplop hanyalah bab kelam
Jika kita berani buka lembaran baru yang terang
Bersama kita ciptakan negeri tanpa amplop
Di mana keadilan dan harapan tumbuh tanpa batas.
Batu, 5122025
Komentar
Posting Komentar