Bendera Putih Aceh: Seruan Darurat untuk Bencana


Karya: Eko Windarto 

Di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh,
Massa bergerak, hati penuh lara dan harap,
Koalisi Masyarakat Sipil Aceh Peduli Bencana,
Mengibarkan bendera putih,
Simbol damai, dan juga ratapan sunyi.

Sumatera menangis dalam deras hujan,
Banjir bandang dan longsor merengkuh desa,
Seribu jiwa telah pergi, tak terdengar,
Rumah-rumah runtuh jadi saksi bisu luka,
Infrastruktur luluh lantak, harapan retak.

Keprihatinan ini bukan sekadar jerit,
Tapi panggilan serius kepada pemerintah,
Tubuh negara yang terdiam disambangi suara,
Suara rakyat, suara nyawa yang menantang waktu,
Meminta darurat, bukan basa-basi tanpa aksi.

Koalisi menghentak,
“Presiden, dengarlah!”
Kecepatan adalah darah kehidupan yang melewati bencana,
Kerja sama global, palang pintu kemanusiaan terbuka,
Jangan biarkan tangis ini terbungkam oleh lembaga yang fana.

Ini bukan puisi duka semata,
Ini perjalanan untuk visi pemulihan,
Untuk Aceh, untuk Sumatera, untuk hidup masa depan,
Kami tidak ingin diam menjadi saksi,
Kami menuntut keadilan, tindakan, dan nyata.

Bendera putih kami kibarkan bukan tanda kalah,
Namun ajakan damai antara manusia dan alam,
Dari puing dan Lumpur, mari bangun kembali,
Kita kuat, kita bangkit, kita bersama,
Aceh dan Sumatera, merah putih tak pernah pudar.

Batu, 20122025

Catatan kaki:

Berita Acehinfo: Sejumlah massa yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Aceh Peduli Bencana Sumatera menggelar aksi demonstrasi di depan Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, didramatisasikan menjadi puisi esai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PjS Kades Puncak Jeringo Tegaskan Dana Desa untuk Pembangunan, Bukan untuk Korupsi

YUA dan OK-OCE Dorong Evaluasi Kinerja Sekda Kota Batu

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang