Bentuk Akan Hancur, Makna Tak Pernah Pupus


Karya: Eko Windarto 

Sejak dahulu, manusia terikat pada rupa—
rupa yang terlihat, rupa yang menawan mata,
rupa yang digenggam, disentuh, dan diukur oleh dunia.

Bentuk adalah awal, gerbang masuk ke dalam realita,
Bentuk adalah batang kayu yang menyangga dedaunan harapan.

Namun, tubuh tak abadi, wajah tak kekal.
Rumah patah, bangunan runtuh, lukisan pudar,
semuanya menguap, tergerus oleh arus waktu.

Engkau yang melekuk rasa pada tubuh benda,
menabur benih kesedihan di ladang jiwa, sebab hancur niscaya datang.

Di sanubari terletak makna —
makna adalah intisari, jantung kehidupan,
yang tersembunyi di balik wajah benda.

Makna adalah api di dalam bara,
yang tak padam meski badai datang menggulung.

Maka, lekatkanlah hatimu bukan pada bentuk,
bukan pada rupa yang fana,
tapi pada makna yang tak lekang oleh zaman.

Maka, dalam setiap derai butir waktu,
engkau akan berdiri, tidak tergoyahkan,
seperti gunung yang kokoh di tengah badai.

Dalam dunia ini, kita semua adalah pencari,
pencari makna yang menyusup ke dalam helai hidup,
pencari makna yang membimbing langkah,
tanpa ia, kita hanyalah kapal tanpa kemudi.

Cinta pada bentuk adalah ilusi,
cinta pada makna adalah kebenaran.

Saat kau cintai makna dalam sebuah kata,
kita tahu kata itu lebih dalam dari samudera,
lebih luas dari cakrawala yang tak bertepi.

Seni bukan sekedar garis dan warna;
ia adalah jiwa yang menari dalam bentuk.

Puisi bukan sekadar deretan kata;
ia adalah hati yang bernyanyi dalam bahasa, ia adalah doa.
Semuanya adalah wujud, tapi wujud yang bermakna,
bukan bentuk yang kosong dan rapuh.

Dalam hidup ini, banyak yang tersesat,
memandang hanya permukaan, melewatkan inti.

Mereka terjebak dalam bayang-bayang rupa,
mereka terlena oleh kekilauan semu.

Sedang makna, seperti lentera dalam kegelapan,
menunggu untuk ditemukan oleh jiwa yang mencari.

Ketika engkau melekatkan hatimu pada makna,
engkau menebar benih abadi dalam pelataran waktu.
Sementara bentuk akan hilang,
makna akan hidup dalam setiap hati yang menyentuhnya.

Makna adalah warisan yang tak ternilai, yang menghubungkan generasi lewat kata dan rasa.
Ia lebih kuat dari materi,
lebih abadi dari ingatan,
lebih hidup dari kehidupan itu sendiri.

Jadi, jangan biarkan hatimu terperangkap pada kerangka kosong,
jangan terbuai oleh bentuk yang rapuh dan fana.
Lekatkanlah ia pada makna yang hakiki,
makna yang melampaui batas masa dan ruang.

Karena di sanalah, di dalam makna,
terdapat keabadian yang sesungguhnya.
Di sanalah, dalam detik yang hening,
hatimu menemukan rumah sejati,
yang tak akan pernah hancur oleh waktu,
yang tak akan pernah pupus oleh perubahan.

Batu, 17122025

Catatan kaki:

Kata-kata mutiara Jalaludin Rumi yang dramatisasi menjadi puisi esai: "Engkau Lekatkan Hatimu pada Bentuk, Sebab Bentuk Akan Hancur, Lekatkanlah Ia pada Makna, Sebab Makna Tak Binasa."

*** 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PjS Kades Puncak Jeringo Tegaskan Dana Desa untuk Pembangunan, Bukan untuk Korupsi

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang

YUA dan OK-OCE Dorong Evaluasi Kinerja Sekda Kota Batu