Bukan Sejauh Itu untuk Menyalahkan Menteri Baru
Hasan mengajak semua pihak untuk melihat persoalan banjir dan lingkungan secara lebih jernih. Menurutnya, menuding menteri yang baru bekerja sekitar satu tahun sebagai biang keladi bencana merupakan tindakan yang kurang tepat dan cenderung prematur.
“Ini bukan kesalahan satu atau dua orang saja. Coba dulu lihat dari sisi menterinya, apakah memang gara-gara baru jadi menteri satu tahun lantas menjadi penyebab utama? Kan enggak masuk akal,” ujar Hasan lewat akun Instagram pribadinya, Minggu (7/12/2025).
Hasan menegaskan bahwa bencana hidrometeorologi seperti banjir sejatinya merupakan dampak kumulatif dari pengelolaan lingkungan yang telah berlangsung puluhan tahun. Maka dari itu, evaluasi mendalam harus ditarik jauh ke belakang agar akar permasalahan bisa ditemukan.
“Coba kita tarik mundur 30, 40, bahkan 50 tahun ke belakang. Di situlah sesungguhnya permasalahan lingkungan yang menyebabkan bencana ini,” tambahnya.
Dengan demikian, ia mengingatkan agar tidak sekadar mencari kambing hitam dengan cepat, tapi melihat bagaimana kebijakan dan sikap pengelolaan lingkungan telah berjalan selama ini.
Selain menyoroti akar masalah banjir, Hasan juga menyentil soal etika dalam pemerintahan yang akhir-akhir ini terlihat luntur akibat saling sindir antarmenteri.
Ia menekankan bahwa evaluasi dan peringatan terhadap anggota kabinet adalah hak prerogatif Presiden Prabowo Subianto sebagai pimpinan tertinggi, bukan urusan menteri untuk saling mengkritik di ruang publik.
“Saya ingin menggarisbawahi dua hal penting. Yang berhak memperingatkan anggota kabinet itu hanya bosnya kabinet, yaitu Presiden. Baik peringatannya dilakukan secara tertutup atau terbuka, harus dari Presiden,” tegas Hasan.
Menurutnya, mekanisme komunikasi dan koreksi internal harus diperkuat tanpa perlu dilempar ke ranah publik yang justru memperkeruh suasana.
Hasan juga mengungkapkan kekecewaannya pada aksi saling sindir yang terjadi, salah satunya ketika Menteri Purbaya menyindir menteri lain secara terbuka.
Ia menilai tindakan ini memperlihatkan ketidaksolidan kabinet di mata masyarakat, padahal dalam situasi penanganan bencana, kekompakan pemerintah sangat dibutuhkan.
“Kalau bukan Pak Purbaya yang menyenggol menteri lain, kelihatan banget kan kalau kabinet jadi tidak solid? Balas-balasan seperti itu justru melemahkan citra pemerintah. Padahal sekarang kita sangat butuh soliditas,” ujarnya.
Mengakhiri pernyataannya, Hasan mengajak semua pihak untuk menempatkan persoalan pada proporsi yang tepat. Ia meminta agar seluruh pejabat dan masyarakat fokus pada solusi jangka panjang, serta menghindari generalisasi kesalahan yang tidak adil.
“Soal taubat nasuha, ayo sama-sama kita lakukan. Semua harus instropeksi diri dan bertobat, tapi dengan duduk perkara yang benar. Jangan buru-buru pukul rata dan menuduh tanpa dasar,” pesannya.
Penulis: Win
Komentar
Posting Komentar