Camat Bumiaji Wujudkan Inklusi Lewat Musik untuk Penyandang Disabilitas
BATU, -- Sosok Camat Bumiaji, Thomas Maido, S.Sos, layak mendapatkan apresiasi tinggi. Di tengah kesibukannya sebagai abdi negara di Pemerintah Kota Batu, Thomas justru menunjukkan kepedulian yang luar biasa terhadap penyandang disabilitas.
Ia tak sekadar memberi bantuan, namun berani turun tangan langsung dengan mewadahi dan mengembangkan kreativitas mereka, khususnya lewat jalur musik.
Thomas Maido menuturkan, kepedulian itu tertuang dalam sebuah program kerja bernama Shining Disabilitas (Shindi). Program ini menjadi langkah strategis untuk memberdayakan semua potensi, minat, dan bakat masyarakat di Kecamatan Bumiaji, bahkan mencakup Kota Batu dan sekitarnya seperti Malang Kota dan Kabupaten Malang.
“Shindi kami rancang untuk menampung minat bermusik, seni, budaya, dan juga kegiatan Pramuka bagi penyandang disabilitas,” katanya saat berbincang dengan media, Minggu (21/12/2025).
Berangkat dari fakta bahwa selama ini potensi penyandang disabilitas belum terwadahi dengan baik, Thomas mencoba membangun ruang kreatif yang inklusif.
“Kami sudah dua kali mengadakan pertemuan dan latihan band bersama mereka. Rencananya, satu latihan lagi akan dilakukan sebelum mereka tampil di Nala Festival 2025,” ujarnya.
Program ini tidak hanya berhenti pada kegiatan latihan musik saja. Thomas menjelaskan, para penyandang disabilitas yang terlibat tidak hanya belajar bermusik, melainkan juga melatih mental dan kepercayaan diri agar lebih percaya diri tampil di depan publik.
“Ke depannya, para musisi disabilitas ini bisa tampil di berbagai acara resmi seperti di Pemkot Batu, hotel, tempat wisata, hingga acara pernikahan. Ini juga menjadi alternatif bagi mereka yang selama ini mengamen keliling kampung,” terang Thomas.
Dengan begitu, hobi sekaligus bakat mereka tersalurkan dengan rapi dan lebih profesional.
Dalam menjalankan program pemberdayaan ini, Kecamatan Bumiaji mengusung motto yang sangat inspiratif: “Everyone Can Fly”, yang artinya semua orang berhak dan mampu meraih cita-cita, harapan, serta mimpi mereka, tanpa memandang keterbatasan fisik.
“Kami percaya, penyandang disabilitas memiliki potensi sama besar dengan masyarakat pada umumnya. Mereka hanya butuh ruang dan dukungan yang layak agar cita-cita mereka bisa terwujud,” ujar Thomas.
Sikap pemerintahan dan masyarakat harus berubah dari yang hanya memberikan bantuan sekadar materi menjadi pemberdayaan berbasis kemandirian.
“Jangan sampai kita cuma memberi ikan, tapi harus memberikan pancing supaya mereka bisa mandiri. Kita ingin membentuk karakter dan kepribadian para penyandang disabilitas agar tidak terus bergantung pada belas kasih,” jelas Thomas.
Untuk memperkuat kiprah program Shindi, Thomas juga membentuk komunitas relawan yang khusus peduli dengan hak dan potensi penyandang disabilitas.
“Saya berharap komunitas ini jadi wadah untuk berbagi ide, solusi, dan dukungan,” kata dia. Komunitas relawan ini juga diharap mampu menjembatani kolaborasi antara Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat luas.
Tekad Thomas Maido dalam bidang ini ternyata berbuah manis. Dukungan dan inovasinya mendapatkan penghargaan dari Omah Gembira yang diserahkan pada acara di Hotel Grand Mercure, Kota Malang.
“Penghargaan ini menjadi motivasi kami untuk terus berinovasi dan memperluas jangkauan kegiatan pemberdayaan penyandang disabilitas,” ujarnya bangga.
Thomas juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk media massa, untuk bersama-sama menyuarakan, mendukung, dan mempublikasikan kegiatan untuk penyandang disabilitas.
“Kita butuh pemberitaan yang positif untuk membantu mereka lebih dikenal dan mendapat kesempatan tampil lebih luas,” pungkasnya.
Penulis: Win
Komentar
Posting Komentar