Mengganti Tema Beranda, Mengabaikan Nyawa


Bagaimana kita bisa diam—
memilih sunyi di antara riuh dunia maya,
mengganti tema beranda sosial media,
seakan duka tak pernah mencatat langkah di sana?

Sementara di Aceh—
di Sumatera yang merintih,
tak hanya hujan yang membasahi tanah,
tapi air mata menjadi sungai panjang,
membanjiri pelukan dan harap yang tersisa.

Berminggu-minggu mereka bertahan,
dalam tarian antara hidup dan mati,
menggenggam sisa-sisa harapan yang hampir punah,
di bawah langit yang sama,
tapi kita di sini, memilih bisu.

Apa kabar hati yang dulu bergemuruh?
Mengapa kita berpaling, membiarkan luka membeku,
di balik layar kaca, di bawah kilauan warna baru,
dengan tema beranda yang indah tapi hampa?

Diam tidak menyembuhkan,
tetapi keheningan tanpa empati adalah kekalahan,
sebuah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.
Maka, biarlah suara kita menjadi gelombang,
membawa perhatian pada mereka yang tersisa,
di antara reruntuhan dan debu.

Jangan ganti tema beranda,
tanpa mengganti hati yang peduli—
karena bencana bukan sekadar angka,
tetapi nyawa dan harapan yang rapuh.

Mari kita berdiri bersama,
bukan hanya di dunia maya,
tapi di dunia nyata,
menghadirkan sinar di tengah gelap,
untuk Aceh, untuk Sumatera,
dan untuk kita semua yang masih punya waktu.

Batu, 19122025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PjS Kades Puncak Jeringo Tegaskan Dana Desa untuk Pembangunan, Bukan untuk Korupsi

YUA dan OK-OCE Dorong Evaluasi Kinerja Sekda Kota Batu

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang