Tak Sengguh Kemanten Anyar Pameran Tunggal IV Anang Prasetyo


(Sebuah refleksi jiwa pencari keindahan sejati)

Pameran Tak Sengguh Kemanten Anyar mempersembahkan sebuah perjalanan jiwa yang sunyi dan penuh kejujuran. Dalam setiap helai warna dan lembar cat, Anang mengajak kita menyelami kebisuan jiwa, menatap lebih dalam ke dalam diri, dan merangkul kegelisahan spiritual sebagai bahan bakar lahirnya karya yang abadi.

Pameran ini masih bisa disaksikan hingga tanggal 4 Desember 2025 di Galeri Merah Putih Surabaya, Komplek Balai Pemuda, di sebelah timur Gedung Grahadi, Surabaya, Jawa Timur.

Di balik sapuan kuas dan gurat warna itu, Anang Prasetyo melukis lebih dari sekadar gambar—ia menorehkan kisah hidup, pergulatan batin, dan pencarian makna hakiki yang melampaui rupa dan waktu.

"Melukis, bagi sebagian orang, mungkin hanya aktivitas rutin, sebuah dekorasi yang dipajang dan dipamerkan. Lukisan dianggap biasa, sebuah karya yang tak lebih dari pajangan," ungkapnya.

Jika kita menilai seni hanya sebatas itu, maka lukisan memang tampak 'biasa-biasa saja' tanpa keistimewaan apa pun. Terlebih jika melukis dibalut oleh tujuan mencari popularitas dan kejayaan finansial semata.

Namun, dalam dunia Anang Prasetyo, lukisan adalah bahasa jiwa. Setiap goresan warna di kanvas adalah cermin dari pergulatan batin sang perupa.
Pilihan tema, gelap-terang warna, tekstur timbul datar, hingga lekuk-lekuk garisnya, tak sekadar estetika—melainkan simbol dan gema kedalaman jiwa.

Seni lukis menjadi aktivitas spiritual, merangkul dimensi ruang dan waktu, bahkan melampaui nilai materi. 

"Karya yang lahir adalah pengalaman batin yang tak ternilai, beyond material value," lanjutnya.

Lalu, kekuatan apakah yang mendorong sang pelukis menorehkan karya bermakna dan abadi itu?

Sepanjang hayat, manusia terus berperang dengan suka duka, badai dan gelombang kehidupan yang bergulung silih berganti mengisi perjalanan waktu. Samudra pengalaman inilah yang menjadi sumber inspirasi abadi bagi sang pelukis.

"Setiap sapuan kuas adalah bentuk jihad batin, menafsirkan episode kehidupan penuh makna. Dari kedalaman jiwa dan kesunyian batin, lahirlah karya yang bernyawa dan hidup," ujar Anang mempertanyakan arti setiap potret kehidupan—apa, siapa, di mana, kapan, dan mengapa ia hadir.

Dalam pencariannya itu, ia berusaha menemukan Sang Causa Prima—sebab-sebab utama segala yang terjadi. Ia juga mengayun langkah mencari Sangkan Paraning Dumadi, asal dan tujuan segala nafas kehidupan.

Perjalanan spiritual ini terus mengalir dalam karya-karya Anang, dari pameran tunggal pertamanya hingga kini yang keempat:

Rupa Wacana (2017)

Laku Lampah (2018)

Jalan Sunyi (2021)

Dan kini, Tak Sengguh Kemanten Anyar, puncak dari karya pencariannya.

"Datanglah dan resapi keindahan sejati yang lahir dari pergulatan batin, lebih dari sekadar rupa, melainkan gema jiwa yang berbicara tanpa kata," harapnya.

Penulis: Win

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PjS Kades Puncak Jeringo Tegaskan Dana Desa untuk Pembangunan, Bukan untuk Korupsi

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang

YUA dan OK-OCE Dorong Evaluasi Kinerja Sekda Kota Batu