TANGIS SUNYI


Karya: Eko Windarto 

Di balik senyum sang penyintas Sumatera 

Tersembunyi lautan duka 

Mengalir dalam malam sunyi 

Ketenangan palsu menutupi badai di dalam dada

Dia pulang bukan beristirahat

Tapi untuk merawat luka-luka tak kasat mata

luka yang tercipta dari ingatan-ingatan pilu

Tentang anak-anak tanpa atap, tanpa roti, tanpa harapan

Tidurnya bukan dalam damai,

melainkan diselimuti kepedihan menjerat jiwa

Nyamuk di sana bukan hanya menggigit, tapi kenangan terus menggerogoti kalbu

Mereka terbuang di lereng lumpur dan air keruh

Berubah menjadi lukisan hidup yang terus menari di kepalanya

Langkah-langkah kecil mencari secangkir air

adalah doa-doa terlupakan di belakang keramaian dunia

Ketika tangisnya pecah di ruang yang seharusnya memberi kehangatan

Adalah bahasa hati tembus ruang dan waktu

Kelemahan, keberanian tersamar di udara 

Tangisan dan jiwa melukis empati di dada semesta 

Anak-anak menatap dengan mata polosnya 

Bertanya tentang air mata yang tak kunjung berhenti

Mereka belajar, dalam diam dan dalam pelukan 

Setiap tetes air mata adalah puisi 

Batu, 28122025

Catatan:

Puisi esai di atas diangkat dari kisah para relawan banjir bandang di Sumatera dan Aceh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PjS Kades Puncak Jeringo Tegaskan Dana Desa untuk Pembangunan, Bukan untuk Korupsi

Melampaui Kanvas: Bagaimana Anang Prasetyo Membuka Pintu Jiwa Melalui Seni

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang