Beras Naik, Petani Senyum, Warga Malah Merana: Drama Buah Simalakama Bahan Pokok


Eko Windarto 



Bicara soal harga beras yang melonjak naik, seringkali bikin kepala pusing tujuh keliling. Di satu sisi, para petani sih happy banget karena hasil jerih payahnya dihargai lebih. Tapi, di sisi lain, para pembeli alias masyarakat kebanyakan malah jadi lama-lama kayak orang lagi diet, makannya dikit-dikit biar awet. Jadi begitulah, harga beras yang naik ini ibarat buah simalakama, dua-duanya ada ceritanya, dan sama-sama bikin dilematis.

Kenapa Harga Beras Bisa Naik Gila-gilaan?

Jadi gini guys, biasanya harga beras itu dipengaruhi banyak hal. Mulai dari faktor cuaca, musim tanam, sampai kebijakan pemerintah. Kalau musim panen gagal, misalnya karena banjir atau kekeringan, otomatis stok beras jadi menipis. Nah, kalau stok berkurang, harga pasti naik dong, namanya juga hukum pasar. Tapi gak cuma itu aja, ada juga faktor distribusi dan rantai pasokan beras yang kadang bikin harga di pasar jauh beda sama harga di petani.

Belum lagi, banyak juga yang bilang kalo impor beras suka bermasalah. Kadang datangnya telat, kualitas beras impor malah gak sesuai harapan, sampai-sampai petani lokal jadi dijegal sama beras luar. Nah, semua drama itu bikin harga beras bergejolak kayak naik roller coaster, bikin kita yang cuma pembeli bengong.

Petani: Dapet Untung, Tapi...

Bisa dibilang, petani seneng banget kalau harga beras naik. Ini waktunya mereka panen hasil kerja keras bertahun-tahun di sawah. Jadi, mereka bisa dapet tambahan duit yang tentu saja bikin ongkos hidup dan cicilan makin enteng.

Tapi jangan salah, petani juga punya cerita sendiri. Kadang mereka sebenarnya ujung-ujungnya yang paling keteter juga. Gimana enggak, biaya produksi yang meningkat, mulai dari benih, pupuk, sampai alat pertanian, juga ikutan merangkak naik. Jadi keuntungan yang didapat gak juga seberapa banyak. Plus, kalau harga beras saat panen turun, mereka kaget juga. Intinya, hidup petani tuh gak gampang kok, bro!

Masyarakat: Harga Beras Mahal, Dompet Ikutan Tipis

Nah, di sisi lain, masyarakat terutama yang berpenghasilan pas-pasan sering merasakan dampak paling nyata dari kenaikan harga beras ini. Bayangin aja, makanan pokok sehari-hari yang biasanya gampang didapat, mendadak jadi barang mewah. Ini bikin budget belanja bulanan jadi jebol kayak ember bocor.

Efeknya, banyak orang mulai ngurangin konsumsi beras, bahkan ada yang sampai harus mencari alternatif makanan pengganti. Nah, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada nutrisi dan kesehatan masyarakat pada akhirnya. Gak cuma itu, harga beras naik juga bisa bikin inflasi naik, alias harga barang-barang lain juga ngikut naik, yang bikin hidup makin susah.

Pemerintah Harus Ngapain Nih?

Jelas dong, pemerintah harus hadir jadi penengah di tengah drama harga beras kayak gini. Jangan sampai cuma fokus ke salah satu pihak aja, tapi harus mikirin semua unsur: petani, distributor, dan konsumen. Beberapa kebijakan udah biasa diterapin, kayak subsidi pupuk, stabilisasi harga lewat operasi pasar, sampai program cadangan beras nasional.

Tapi kita juga paham, kadang kebijakan pemerintah suka macet di tengah jalan, atau malah gak efektif diterapkan. Kadang juga ada oknum yang bikin harga jadi gak stabil karena penimbunan atau permainan pasar gelap. Jadi, pemerintah harus lebih kreatif dan konsisten buat jaga kestabilan harga beras, supaya gak ada pusing sama yang namanya simalakama bahan pokok.

Solusi Gak Cuma dari Pemerintah, Kita juga Harus Bijak

Selain pemerintah, kita sebagai masyarakat juga harus pinter-pinter mengatur pola konsumsi. Misalnya, jangan boros makannya, manfaatin beras secukupnya, dan mulai belajar masak makanan lain yang gak harus selalu mengandalkan beras. Ada banyak banget kok sumber karbohidrat lain kayak jagung, singkong, ubi, termasuk sagu yang bisa jadi alternatif.

Selain itu, dukung juga petani lokal dengan beli langsung dari pasar tradisional atau kelompok tani. Ini sekaligus bantu mereka supaya hasil panen mereka gak cuma lari ke tengkulak atau pedagang besar, yang biasanya bikin harga beras naik seenaknya aja.

Teknologi dan Inovasi: Masa Depan Pertanian Berkelanjutan

Di era digital sekarang, gak ada alasan buat pertanian gak upgrade. Teknologi pertanian modern bisa bantu ningkatin hasil panen dan kualitas beras tanpa harus buka lahan baru. Mulai dari teknik tanam hidroponik, sistem irigasi yang efisien, sampai alat berat yang ramah lingkungan.

Selain itu, sudah banyak aplikasi yang bisa bantu petani memprediksi cuaca, jual produk langsung ke pembeli, dan mengelola keuangan dengan lebih baik. Jadi, petani gak cuma bergantung sama musim dan beruntung aja, tapi mereka bisa jadi lebih mandiri dan stabil.

Kesimpulan: Harga Beras Gak Cuma Soal Duit, Tapi Soal Kehidupan

Kenaikan harga beras memang bikin pusing semua pihak, dan gak ada solusi instan buat masalah ini. Tapi yang penting, kita harus sadar kalau harga beras itu bukan sekadar angka di pasar, tapi soal kesejahteraan petani sekaligus keberlangsungan hidup masyarakat luas.

Gak ada yang mau dirugiin, makanya dibutuhkan kerja sama dari semua elemen mulai dari pemerintah, petani, distributor, sampai kita semua sebagai konsumen. Dengan begitu, semoga buah simalakama ini bisa berubah jadi cerita kemenangan buat semua.

Batu, 1972025

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Makan Bergizi Gratis Meluncur di Kabupaten Malang

YUA dan OK-OCE Dorong Evaluasi Kinerja Sekda Kota Batu

Ajak Masyarakat Hidup Sehat, Wisata Lembah Dali Adakan Senam Bersama dan Lomba Senam Pica-PicaOleh: Eko Windarto